Mengenal Sanggah dan Merajan di Bali: Apakah Berbeda?

Mengenal Sanggah dan Merajan di Bali: Apakah Berbeda?

Ni Wayan Santi Ariani - detikBali
Senin, 09 Sep 2024 02:30 WIB
Sanggah Pamerajan. (Dok. Arya Tangkas Kori Agung)
Foto: Sanggah Pamerajan. (Dok. Arya Tangkas Kori Agung)
Bali -

Hampir setiap rumah di Bali memiliki bagian yang difungsikan sebagai tempat sanggah atau merajan, yang merupakan tempat suci bagi umat Hindu untuk bersembahyang. Dalam kehidupan sosial, sering kali terjadi kesalahpahaman mengenai perbedaan antara sanggah dan merajan, yang dianggap mewakili simbol kasta. Namun, sesungguhnya terdapat fakta yang membantah perbedaan ini.

Jadi, apa sebenarnya sanggah dan merajan? Berikut penjelasannya, berdasarkan informasi dari Badan Penghubung Provinsi Bali, TaruBali, PUPRKIM Provinsi Bali, dan Babad Bali.

Apa Itu Sanggah atau Merajan?

Secara harfiah, sanggah dan merajan merujuk pada tempat suci umat Hindu yang ada di pekarangan rumah. Kata sanggah berasal dari istilah "Sanggah Pamerajan," di mana sanggah berarti tempat suci, dan pamerajan berasal dari kata praja, yang berarti keluarga. Jadi, sanggah pamerajan adalah tempat suci bagi suatu keluarga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masyarakat Bali sering kali menganggap sanggah dan merajan sebagai dua tempat yang berbeda berdasarkan kasta. *Sanggah* dianggap milik masyarakat yang tidak berkasta atau jaba, sedangkan merajan dikaitkan dengan orang yang memiliki kasta. Namun, secara esensi, keduanya adalah tempat suci yang sama.

Jenis-Jenis Sanggah Pamerajan

Sanggah pamerajan merupakan elemen penting dalam kehidupan masyarakat Bali, tidak hanya sebagai tempat sembahyang, tetapi juga sebagai tempat untuk memuja leluhur dan Ida Sang Hyang Widhi. Berikut beberapa jenis sanggah pamerajan yang ada di Bali:

ADVERTISEMENT

1. Sanggah Pamerajan Alit
Dimiliki oleh satu keluarga inti yang tinggal bersama dalam satu rumah. Terdiri dari padmasari, kemulan rong telu, dan taksu.

2. Sanggah Pamerajan Dadia
Dimiliki oleh beberapa keluarga yang memiliki garis keturunan yang sama (purus). Terdiri dari padmasana, kemulan rong telu, limas cari, manjangan saluang, dan lainnya.

3. Sanggah Pamerajan Panti
Dimiliki oleh kelompok masyarakat dalam satu desa yang terdiri dari beberapa dadia. Sanggah ini biasanya lebih besar dan juga memiliki bangunan meru atau gedong palinggih Bhatara Kawitan.

Palinggih dalam Sanggah Pamerajan

Sanggah pamerajan terdiri dari beberapa palinggih, yaitu bangunan yang disimbolkan untuk memuja dewa-dewa tertentu. Berikut beberapa palinggih yang umum ditemukan:

  • Padmasana/Padmasari: Tempat memuja Ida Sang Hyang Widhi sebagai Sang Hyang Tri Purusha.
  • Kemulan Rong Tiga: Tempat memuja manifestasi Ida Sang Hyang Widhi sebagai Tri Murti (Brahma, Wisnu, Siwa).
  • Sapta Petala: Tempat memuja Sang Hyang Pertiwi yang melambangkan tujuh lapisan bumi.
  • Taksu: Tempat memuja Dewi Saraswati, dewi ilmu pengetahuan.
  • Limascari dan Limascatu: Tempat memuja Ardanareswari, simbol keseimbangan Purusa dan Pradana.
  • Pangrurah: Tempat memuja Bhatara Kala, dewa pengatur kehidupan dan waktu.
  • Manjangan Saluwang: Tempat penghormatan terhadap Mpu Kuturan.
  • Raja Dewata: Tempat memuja roh leluhur.

Demikianlah informasi mengenai sanggah dan merajan yang kerap dianggap berbeda dalam masyarakat Bali. Semoga informasi ini dapat menjadi tambahan wawasan bagi Anda terkait kebudayaan Hindu di Bali.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads