Mengenal Mesbes Bangke, Tradisi Ekstrem 'Mencabik Mayat' di Bali

Mengenal Mesbes Bangke, Tradisi Ekstrem 'Mencabik Mayat' di Bali

Desak Made Diah Aristiani - detikBali
Senin, 22 Jul 2024 06:30 WIB
A mother and a teenaged girl are dressed in brightly colored sarongs, blouses, and sashes and are balancing tall fruit baskets on their heads. Two sons are dressed in sarongs and white shirts. The family is walking in front of an old stone temple building which has a smoky atmosphere.
Ilustrasi budaya Bali. (Foto: Getty Images/Cheryl Ramalho)
Denpasar -

Bali memiliki beragam tradisi unik dan menarik yang telah diwariskan secara turun temurun. Salah satu tradisi yang menjadi bentuk kearifan lokal masyarakat Bali, yaitu Mesbes Bangke.

Mesbes bangke atau mencabik mayat merupakan tradisi unik dan ekstrem yang ada di Banjar Buruan, Tampaksiring, Gianyar. Ritual ini dilakukan saat ada warga yang meninggal dan diaben secara personal.

Prosesi ini diiringi dengan gamelan beleganjur yang merupakan alat musik tradisional Bali dan disertai dengan guyuran air. Berikut ulasan singkat terkait tradisi budaya ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Mesbes Bangke

Dalam sejarahnya, warga di Banjar Buruan pada mulanya tidak tahan dengan bau busuk dari jasad manusia. Bau busuk tersebut dikarenakan pihak keluarga mendiamkannya berhari-hari untuk menunggu hari baik diaben.

Kala itu, belum ada formalin untuk mengawetkan jenazah. Kemudian salah satu ide berkembang di masyarakat dengan cara mengarak sambil memainkan tubuh jenazah.

ADVERTISEMENT



Hal ini diyakini, masyarakat tidak akan terganggu lagi dengan bau tak sedap yang berasal dari jenazah atau mayat.

Dalam pelaksanaannya, prosesi mesbes bangke tidaklah sembarangan. Warga asli Banjar Buruan akan berkumpul di jalan untuk menanti datangnya jenazah yang diusung dari rumah duka. Ketika jenazah sudah terlihat, warga akan datang dan menyerbu jenazah untuk dibesbes (dicabik/dicubit) hingga ada yang menaiki tubuh jenazah.

Tangan mereka akan sibuk mencabik atau mencubit tubuh jenazah. Tidak ada yang tahu kapan pastinya tradisi ini dimulai dan siapa yang memulainya. Yang pasti menurut tetua adat setempat, berkaca dari zaman yang lalu, saat seorang warga meninggal, bau jenazah tidak bisa diredam karena harus menentukan hari baik untuk diaben, terlebih saat itu belum ditemukan formalin. Maka jenazah bisa didiamkan berhari-hari.

Warga yang mencium bau busuk kemudian mempunyai inisiatif untuk mesbes jenazah agar lupa dengan bau yang tidak sedap itu. Beramai-ramai para warga mengarak dan memain-mainkan jenazah dengan riang sambil mesbes. Konon, bau busuk itu akan sirna.

Pada zaman dahulu, pelaksanaan tradisi di Bali dijalankan dengan begitu brutal. Bahkan kala itu, mayat harus dibungkus secara berlapis-lapis untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Perlu diketahui bahwa pelaksanaan ritual mesbes bangke tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang, melainkan hanya boleh dilakukan oleh masyarakat setempat. Namun pada era modern saat ini, tradisi mesbes bangke dilakukan tidak terlalu ekstrem. Hal terburuknya hanya upaya warga untuk menggigit ataupun mencabik tubuh mayat dan saat ini juga telah dikembangkan aturan baru dalam pelaksanaannya.

Tujuan Tradisi Mesbes Bangke

Adapun tujuan dari pelaksanaan tradisi ini, yaitu untuk menahan bau busuk pada mayat. Warga memiliki ide untuk mencabik mayat dan saat dalam prosesi tersebut harus merasakan kegembiraan. Hal ini bertujuan agar para warga tidak mencium aroma busuk dari mayat tersebut.

Artikel ini ditulis oleh Desak Made Diah Aristiani peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads