Tradisi Melepas Satwa Awali Rangkaian Waisak di Vihara Paramita Bali

Denpasar

Tradisi Melepas Satwa Awali Rangkaian Waisak di Vihara Paramita Bali

I Wayan Sui Suadnyana, Siti Mua'malah - detikBali
Rabu, 22 Mei 2024 21:15 WIB
Vihara Paramita Bali di Jalan Gunung Fujiyama III Nomor 5, Desa Pemecutan Kaja, Kota Denpasar, Bali. (Dok. Vihara Paramita Bali)
Foto: Vihara Paramita Bali di Jalan Gunung Fujiyama III Nomor 5, Desa Pemecutan Kaja, Kota Denpasar, Bali. (Dok. Vihara Paramita Bali)
Denpasar -

Umat Buddha merayakan Waisak pada Kamis (23/5/2024). Setiap wihara biasanya menggelar berbagai tradisi atau kegiatan menjelang puncak Waisak, salah satunya di Vihara Paramita Bali, Desa Pemecutan Kaja, Denpasar.

Wakil Vihara Paramita Bali Agus Jaya mengungkapkan ada sejumlah kegiatan yang digelar wiharanya menjelang Waisak, yakni fang sheng atau satwa mocana, memandikan rupang Buddha, dan puja api homa. Fang sheng atau satwa mocana mengawali rangkaian Waisak yang digelar pada Jumat (17/5/2024).

Fang sheng atau satwa mocana bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Upacara ini melepas hewan, seperti tukik, burung, dan ikan, yang bertujuan untuk membebaskan hewan-hewan ke habitat asalnya. "Diharapkan berkembang biak dengan baik agar tidak punah," ujar Agus saat dihubungi detikBali, Rabu (22/5/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agus menjelaskan hewan-hewan tersebut didoakan sebelum dilepaskan ke alam. Harapannya, mereka mendapatkan pancaran cahaya suci dari para Buddha, Bodhisattva, dan Dharmapala agar terbebaskan dari penderitaan dan kelak terlahir di alam bahagia.

Kegiatan Vihara Paramita Bali berlanjut dengan memandikan rupang Buddha pada Sabtu (18/5/2024) yang dipimpin oleh acarya atau biksu. Maknanya, pembersihan segala karma buruk atau karma wasana.

ADVERTISEMENT

Selanjutnya ada upacara puja api homa dengan Yidam Sakyamuni Buddha dipimpin oleh Acarya pada (19/5/2024). "Upacara ini mengandung makna penyeberangan para arwah leluhur, roh hewan dan lainnya, serta mengandung makna pemberkahan bagi orang hidup seperti mendoakan sanak keluarga agar mendapatkan, kemakmuran, kesehatan, keharmonisan," jelas Agus.

Pemimpin upacara atau acarya, sambungnya, memohon kekuatan dari para Buddha, Bodhisattva, dan Dharmapala mengabulkan permohonan dari peserta upacara yang mendaftarkan diri dalam prosesi upacara itu.

"Penutup dari rangkaian upacara tersebut, kami akan melaksanakan baksos berupa pembagian paket sembako berupa beras ke panti Asuhan, panti jompo serta masyarakat yang membutuhkan di sekitar Vihara," terangnya.

Sebagai informasi, Vihara Paramita Bali memiliki anggota kurang lebih 50 orang. Mereka merupakan aliran Agama Buddha Tantrayana Satya Buddha.

Agus mengatakan pihaknya merayakan Waisak sesuai yang ditetapkan pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag). Namun, tidak ada acara puja bakti pada Kamis (23/5/2024).

"Sebetulnya bukan kami merayakan lebih awal, tapi menyongsong puncak peringatan hari raya Tri Suci Waisak diadakan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan bidang sosial, pendalaman Dhamma, kesenian, dan kegiatan tersebut dilaksanakan juga di wihara-wihara yang lain," jelasnya.




(hsa/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads