Desa Akah, Kabupaten Klungkung, Bali, adalah salah satu desa yang terbentuk atas peran serta dari Raja Klungkung Ida Dewa Agung Jambe pada abad 18. Konon Desa Akah terbentuk karena wabah yang dibuat oleh seorang wanita sakti di desa itu yang bernama Dadong (nenek) Guliang.
Kala itu masyarakat Desa Akah bermukim di wilayah Tempek Pekarangan Uma Dalem (saat ini menjadi Dusun Hyang Api). Atas kesaktian Dadong Guliang, masyarakat Desa Akah sangat percaya keberadaannya hingga saat ini.
Bahkan, kuburan sang nenek sakti tersebut pun masih ada dan tepatnya di sebelah barat rumah warga di Dusun Hyang Api.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pantauan detikBali, wilayah Dusun Hyang Api cukup terpencil dan masih banyak pohon besar. Kuburan Dadong Guliang berada di atas lahan pekarangan warga setempat.
Terdapat palinggih (tempat suci) dibalut kain poleng yang berdiri di samping sebuah pohon ancak besar. Pohon itu sebagai penanda kuburan Dadong Guliang.
Tokoh Budayawan Desa Akah, Jero Mangku Made Kasta, mengatakan Dadong Guliang tidak sekadar cerita rakyat tapi benar adanya. Dengan bukti kuburan hingga keberadaan Desa Akah yang dipindah atas titah Raja Klungkung kala itu.
"Dadong Guliang itu adalah sosok perempuan sakti yang berkelana dari Guliang Bangli, hingga akhirnya tiba di wilayah kami," kata Mangku Kasta bercerita kepada detikBali, Minggu (19/5/2024).
"Kedatangannya ini ternyata membawa musibah karena Dadong Guliang memiliki kesaktian atau black magic yang tidak tertandingi. Bahkan dengan kesaktiannya mampu menaklukkan tokoh-tokoh di Desa Akah kala itu," imbuhnya.
Kasta menuturkan zaman dulu jarang ada nama jelas biasanya menyebut asal, salah satunya Dadong Guliang ini. Karena dadong menebar magic di kawasan itu, warga resah hingga akhirnya melapor kepada Raja Klungkung.
Raja Klungkung kala itu menitahkan warga untuk mengungsi ke sisi timur sungai (Tukad Kunyit) menghindari sihir Dadong Guliang. Tempat pengungsian tersebut yang kemudian diberi nama Desa Akah.
"Dulu setelah ditinggal tempat itu sepi dan hanya tinggal dadong saja. Hingga saat ini masih ada bukti pohon-pohon besar di sisi barat sungai," jelas mantan wakil bupati Klungkung ini.
Bukan hanya mengungsi, warga setempat juga sampai memindahkan Pura Dalem ke Banjar Pekandelan, Desa Pakraman Akah. Sedangkan bekas lokasi Pura Dalem yang lama kini sudah berubah menjadi carik (sawah) yang disebut Carik Dalem.
Demikian pula bekas pemukiman warga sebelum ditinggal mengungsi kini sudah berubah menjadi sawah. Tempat itu dinamai Carik Paumahan karena sempat ada rumah di sana.
![]() |
Karena usianya, ajal pun menjemput Dadong Guliang. Jenazah Dadong Guliang langsung dikuburkan di tegalan kawasan Dusun Hyangapi, tepatnya di tegalan milik keluarga Ketut Konten.
"Hingga saat ini keluarga ini yang masih rutin menghaturkan sesajen, termasuk warga dusun setempat," sebut Mangku Kasta.
Kekuatan Api Dahsyat
Dalam perkembangan, jumlah penduduk dari kelompok warga yang sempat mengungsi ini kian bertambah. Karena jumlahnya banyak, warga setempat kemudian mendirikan Banjar Suka Duka dan hingga saat ini menjadi satu dusun, Dusun Hyang Api.
Menurut Mangku Kasta, asal kata Hyang Api adalah tempat itu dulunya sangat angker dan panas, tidak layak ditempati, serta merupakan kekuatan yang dahsyat.
![]() |
Namun, kenyataan saat ini tempat tersebut menjadi asri dan sangat tenang dengan nuansa persawahan dengan banyak pepohonan seperti durian, mangga, alpukat, hingga cengkeh.
"Hingga saat ini juga masih dipercaya jika ada anak menangis bisa memohon (agar anak tenang) di palinggih tersebut. Selain itu juga ada yang percaya di tempat itu bisa mohon keturunan," terang Mangku Kasta.
(nor/nor)