Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar bakal menambah anggaran untuk penyelenggaraan tradisi omed-omedan sebesar Rp 75 juta pada tahun depan. Pada tahun ini, Pemkot Denpasar menganggarkan Rp 45 juta untuk penyelenggaraan tradisi seusai Nyepi tersebut.
"Astungkara tahun depan kami tingkatkan Rp 75 juta," kata Wakil Wali Kota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa saat ditemui sesuai menonton omed-omedan di Banjar Kaja, Desa Adat Sesetan, Denpasar, Selasa (12/3/2024).
Arya Wibawa mengeklaim pemberian dana untuk penyelenggaraan omed-omedan merupakan upaya Pemkot Denpasar untuk mempertahankan seni dan budaya yang ada. Apalagi, omed-omedan sudah ada sejak dulu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Kelian Banjar Kaja, Desa Adat Sesetan I Made Sudama, mengatakan 200 pemuda-pemudi mengikuti omed-omedan dari Sekaa Truna Banjar Kaja. "Mereka secara kesadaran mengikuti kecuali yang menstruasi," ujarnya.
Sudama menjelaskan sebelum omed-omedan berlangsung peserta akan dibagi dua kelompok, yaitu perempuan dan laki-laki. Awalnya, mereka akan berjauhan terlebih dahulu dengan berbaris memanjang.
Setelah itu, mereka berlari mendekat kelompok berlawanan dan saling menunjuk antarkelompok. Di situ mereka yang ditunjuk akan berpelukan sambil ditarik dan disiram air.
"Masing-masing kelompok menunjuk pria dan perempuan, lalu didorong. Begitu mereka berpelukan maka akan ditarik. Itu lah yang dimaksud omed-omedan," papar Sudama.
Sudama menegaskan tradisi ini bukan ajang mencari jodoh atau berpacaran. Namun, yang mengikuti tradisi ini adalah para remaja.
Meila merupakan salah satu peserta omed-omedan. Perempuan berusia 20 tahun ini sudah tiga kali mengikuti tradisi tersebut.
"Tadi cuma pelukan saja sih, disiram, ditarik, didorong," kata Meila.
Menurut Meila, omed-omedan bukan ajang mencari jodoh. Namun, tidak sedikit para pemuda-pemudi yang pernah mengikuti tradisi ini berlanjut sampai menikah.
"Ada yang kebetulan saja sampai menikah," ucapnya.
(gsp/hsa)