Uniknya Kalender Saka, Punya 12-13 Bulan dan Sistem Wuku

Uniknya Kalender Saka, Punya 12-13 Bulan dan Sistem Wuku

Rosmha Widiyani, Kirana Ratu Sekar Kedaton - detikBali
Rabu, 06 Mar 2024 09:06 WIB
Umat Hindu Bali bersembahyang di Pura Agung Jagatnatha merayakan Hari Raya Galungan.
Umat Hindu yang menggunkaan kalender tahun saka untuk menentukan Nyepi. Foto: Aryo Mahendro/detikBali
-

Kalender saka adalah penanggalan yang memadukan perhitungan peredaran bulan dan matahari. Sistem kalender saka menandakan ketinggian akal dan budi para leluhur

Dikutip dari tulisan berjudul Analisis Sistem Penanggalan Kalender Caka Bali Dalam Perspektif Astronom karya Mujahidum Mutamakin dari UIN Walisongo, kalender saka awalnya digunakan umat Hindu di India. Kalender Saka masuk ke Indonesia seiring penyebaran agama Hindu dan penganutnya.

Seperti sistem penanggalan lain yang digunakan di Indonesia, kalender saka punya keunikannya sendiri. Hingga saat ini, kalender saka masih digunakan umat Hindu di Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Kalender Saka

Kalender saka kerap disebut penanggalan Saliwahana, yang mengacu pada sosok ternama di India bagian selatan. Sosok ini disebut berhasil mengalahkan kaum Saka, meski ada yang mengatakan sebaliknya.

Penanggalan Saka pernah digunakan di Jawa dengan nama Soko dan Bali yang disebut Caka. Permulaan tahun Soko adalah hari Sabtu, 14 Maret 78 Masehi, sekitar satu tahun usai penobatan Saliwahana sebagai raja di India.

ADVERTISEMENT

Selanjutnya, kalender saka di Jawa dipadukan dengan Hijriah berdasarkan peredaran bulan. Perpaduan kalender saka dan sistem penanggalan Islam dilakukan Sultan Agung Prabu Anyokrokusumo atau Sultan Muhammad.

Sementara di Bali, kalender saka bagi masyarakat Hindu masih digunakan. Kalender saka atau caka mengalami modifikasi dengan berbagai muatan lokal. Awalnya, kalender saka dibuat di daerah Bali utara dan selatan.

Pembuat kalender saka di Bali utara adalah I Gusti Bagus Sugrawa, sementara Bali selatan oleh I Ketut Bambang Gede Rawi. Pada tahun 1959 ketika terbentuk lembaga keagamaan Hindu di Bali, dua kalender ini disatukan dan mulai membersamai kehidupan masyarakat Hindu.

Nama-nama Bulan Kalender Saka dan Sistem Wuku

Kalender saka memiliki 12 bulan, namun ada saatnya menjadi 13 bulan. Penambahan ini untuk menyesuaikan dengan perhitungan kalender matahari. Berikut nama-nama bulan dalam kalender saka:

  1. Kaesa: Dalam kalender masehi sekitar Juli-Agustus
  2. Karo: Dalam kalender masehi Agustus-September
  3. Katiga: Dalam kalender masehi September-Oktober
  4. Kapat: Dalam kalender masehi Oktober-November
  5. Kalima: Dalam kalender masehi November-Desember
  6. Kaenem: Dalam kalender masehi Desember-Januari
  7. Kapitu: Dalam kalender masehi Januari-Februari
  8. Kawolu: Dalam kalender masehi Februari-Maret
  9. Kasanga: Dalam kalender masehi Maret-April
  10. Kadasa: Dalam kalender masehi April-Mei
  11. Jhista: Dalam kalender masehi Mei-Juni
  12. Sadha: Dalam kalender masehi Juni-Juli.

Kalender saka dengan 12 bulan disebut tahun pendek, sedangkan 13 bulan adalah tahun panjang. Selisih satu bulan ini disebut pengrepeting sasih yang diberi nama mala-masa.

Adanya selisih bulan ini terjadi pada dua bulan (sasih). Pengrepeting sasih pada jhista disebut mala-jhista, sementara selisih pada bulan sadha disebut mala sadha.

Satu bulan berumur 29-30 hari dengan tiap hari memiliki nama sendiri. Nama ini memiliki padanan dalam tahun masehi. Nama-nama hari dalam kalender saka adalah:

  • Radite: Dalam kalender masehi adalah Minggu
  • Coma: Dalam kalender masehi adalah Senin
  • Anggara: Dalam kalender masehi adalah Selasa
  • Buda: Dalam kalender masehi adalah Rabu
  • Wraspati: Dalam kalender masehi adalah Kamis
  • Sukra: Dalam kalender masehi adalah Jumat
  • Saniscara: Dalam kalender masehi adalah Sabtu.

Selain nama bulan dan hari yang berbeda, kalender saka juga menerapkan sistem wuku. Perhitungan wuku adalah siklus penanggalan Bali yang berumur 7 hari atau satu pekan. Siklus wuku berusia 30 pekan atau 210 hari.

Wuku muncul dilatari kepercayaan adanya hari baik dan buruk untuk melakukan kegiatan. Sistem wuku memungkinkan penggunanya memilih hari yang dirasa tepat untuk melakukan urusan agama atau duniawi. Nama-nama wuku dalam kalender saka adalah:

  • Sinta
  • Landep
  • Ukir
  • Kulantir
  • Toulu atau Tolu
  • Gumbreg
  • Wariga
  • Warigadean atau Warigadian
  • Julungwangi
  • Sungsang
  • Dungulan
  • Kuningan
  • Langkir
  • Medangsia atau Mdangsya
  • Pujut
  • Paang atau Pahang
  • Krulut
  • Merakih atau Mrakih
  • Tambir
  • Medangkungan atau Mdangkungan
  • Matal
  • Uye
  • Menail atau Mnail
  • Prangbakat
  • Bala
  • Ugu
  • Wayang
  • Klawu
  • Dukut
  • Watugunung.

Tiap wuku dipercaya dipengaruhi berbagai elemen alam dan para dewa dalam agama Hindu. Komponen ini dipercaya memberi petunjuk tentang berbagai hal yang membawa keberuntungan dan petaka bagi penggunanya.

Keunikan Kalender Saka dan Nyepi

Kalender saka yang menerapkan lunasolar system digunakan dalam urusan keagamaan dan duniawi. Misalnya perayaan Nyepi yang jatuh pada Senin (11/3/2024) tahun saka 1946.

Nyepi adalah perayaan tahun baru saka, yang biasa terjadi di bulan Maret dalam penanggalan masehi. Sedangkan dalam penanggalan Hindu, Nyepi jatuh pada bulan kadasa sehingga nama bulan ini kerap disebut pertama dalam kalender saka.

Tepat sebelum ibadah Nyepi, biasanya dilakukan Tawur Kesanga untuk kesejahteraan dan kesesuaian alam. Tawur Kesanga dilakukan pada akhir tahun saka di bulan kesanga sekitar Maret-April. Besoknya dilakukan Nyepi yang menandai bulan dan tahun baru saka.

Kegiatan Nyepi dilakukan untuk menguasai diri menuju kesucian hidup dengan melaksanakan dharma terbaik. Tujuannnya adalah sebagai jalan keseimbangan dharma, arthma, artha, kama, dan moksha.

Umat Hindu percaya Nyepi memberikan kebahagiaan dan meningkatkan kualitas hidup seseorang. Kalender saka juga digunakan umat Hindu Tengger, Probolinggo, Pasuruan, dan daerah di Jawa Timur lainnya.




(row/row)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads