Kerukunan antarumat beragama terlihat di Dusun Lampu, Desa Catur, Kecamatan Kintamani, Bangli, Bali, saat Hari Raya Imlek. Umat Tridharma dan Hindu di sana berbaur melakukan peribadatan di Pura Penyagjagan, Sabtu (10/2/2024).
Kehidupan etnis Tionghoa dengan warga Hindu di Dusun Lampu memang harmonis sejak ratusan tahun lalu. Salah satu buktinya adalah berdirinya kongco (tempat ibadah umat Konghucu) di area utama Pura Penyagjagan di Dusun Lampu.
"Sembahyang Imlek tahun ini cukup meriah, diikuti sekitar 150 umat. Istimewanya karena saudara dari Hindu dan tokoh-tokoh Desa Adat Catur hadir," tutur Ketua Perkumpulan Tionghoa Lampu Dharma Semadi I Nyoman Ayusta Wijaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kongco di Pura Penyagjagan menjadi salah satu peninggalan dari legenda masyarakat setempat yang berkembang sejak lebih dari 300 tahun silam. Ada cerita versi marga Lie tentang kesetiaan etnis Tionghoa membantu mengamankan wilayah perbatasan Kerajaan Bangli dengan Badung dan Buleleng di Desa Catur.
Perayaan Imlek di Pura Penyagjagan berjalan khidmat. Umat sudah memadati pura sejak pagi untuk menyiapkan perlengkapan sembahyang. Mereka berdatangan dengan pakaian adat Bali bernuansa serba merah itu.
Pria maupun wanita terlihat membawa sejumlah sesaji dan meletakkannya di depan kongco, persis di sisi timur pura utama. Warga juga menghiasi kongco dengan pernak-pernik khas Imlek seperti lampion dan dua potong tebu.
Doa pun dimulai bersama seluruh umat di area utama pukul 12.00 Wita. Sejumlah pemangku memandu jalannya peribadatan. Seusai sembahyang, tibalah umat Tridharma melaksanakan sejumlah ritual Imlek di depan kongco.
Pelaksanaan doa dilakukan tiga kali yang diawali dengan ritual penyembahan Dewa Langit. Kemudian doa dipanjatkan di depan kongco sebagai stana Dewa Kwan Kong atau dewa yang melambangkan ksatria dan kebijaksanaan.
Setelah itu, warga juga bersama-sama berdoa untuk ketiga kalinya kehadapan Dewa Bumi. Doa dilakukan bersama-sama dengan berjejer di depan kongco. Sejumlah tokoh desa juga ikut melaksanakan ritual tersebut.
"Sembahyang Imlek di pura ini hanya hari ini dan selesai saat ini. Setelah itu kembali sembahyang ke rumah-rumah dan silaturahmi ke saudara," ungkap Ayusta.
"Jadi ini momen bagi umat, memohon pada Imlek untuk mendapatkan berkah. Kami bersatu, membuktikan bahwa kami satu kesatuan. Yang punya masalah, tidak cocok, agar saling memaafkan," katanya.
Bendesa Adat Catur Gusti Ngurah Rupa mengatakan seluruh rangkaian acara maupun upacara di desa adat setempat dilakukan bersama, baik umat Hindu maupun Tridharma di Dusun Lampu.
Kebersamaan yang terjalin sejak ratusan tahun ini akan terus dipertahankan untuk memberikan contoh kepada masyarakat luas. "Meskipun ada perbedaan kepercayaan, itu tidak menjadi satu halangan bagi kami menyatukan diri," ungkap Rupa.
(hsa/iws)