Mengenal Tradisi Sampi Gerumbungan di Buleleng

Mengenal Tradisi Sampi Gerumbungan di Buleleng

Ni Luh Made Yari Purwani Sasih, Made Wijaya Kusuma - detikBali
Minggu, 06 Agu 2023 01:20 WIB
Parade Sampi Gerumbungan di Lapangan Desa Kaliasem, Sabtu (22/7/2023). (Foto: Made Wijaya Kusuma/detikBali)
Parade Sampi Gerumbungan di Lapangan Desa Kaliasem, Sabtu (22/7/2023). (Foto: Made Wijaya Kusuma/detikBali)
Buleleng -

Sampi Gerumbungan merupakan salah satu tradisi khas Buleleng, Bali. Tradisi ini rutin dilaksanakan oleh para petani sebagai wujud ungkapan syukur atas hasil garapan yang melimpah.

Belakangan, Sampi Gerumbungan juga menjadi atraksi pariwisata. Tradisi tersebut sempat memeriahkan Lovina Festival 2023 di Lapangan Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali, Juli lalu.

Sampi Gerumbungan berbeda dengan tradisi Karapan Sapi di Madura, Jawa Timur, atau Makepung di Kabupaten Jembrana yang menonjolkan kekuatan dan kecepatan sapi. Sampi Gerumbungan lebih menekankan unsur keindahan, keserasian melalui gerakan sapi yang selaras, dan menonjolkan postur sapi yang baik, tegak, dan gagah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua Kelompok Pasupala Sampi Gerumbungan Desa Lemukih Ketut Susila mengatakan tidak sembarang sapi bisa digunakan dalam Sampi Gerumbung. Setidaknya ada tiga kriteria yang harus terpenuhi. Yakni, langkah kaki yang elegan, leher menengadah, serta ekor yang berdiri dan melengkung. Semua ciri-ciri itu biasanya sudah dibawa sejak sapi dilahirkan.

Perawatan yang diberikan juga berbeda dengan sapi pada umumnya. Setiap pagi, sapi yang akan digunakan untuk Sampi Gerumbungan dijemur di bawah sinar matahari. Sapi juga wajib dimandikan setiap hari. Untuk menjinakkan sapi, bagian ekor sapi dielus setiap hari.

ADVERTISEMENT

Makna Sampi Gerumbungan

Sampi berarti sapi dan Gerumbungan berarti genta besar yang biasanya dikalungkan pada leher-leher sapi. Dulunya, Sampi Gerumbungan digelar untuk membayar sesangi ketika lahan pertanian dan persawahan warga menghasilkan hasil panen yang melimpah.

Tradisi Sampi Gerumbungan dibalut dalam bentuk perlombaan dengan beberapa aspek penilaian. Jenis sapi, aksesoris yang digunakan, keserasian langkah gerak sapi, hingga keahlian joki pengendali sapi menjadi penilaian dalam setiap atraksinya.

Pelaksanaan

Tradisi ini biasanya diselenggarakan di Lapangan Desa Kaliasem yang bertempat tak jauh dari Pantai Lovina. Tradisi ini biasanya dilaksanakan pada hari Minggu di bulan Agustus mulai pukul 08.00-10.00. Bahkan, para wisatawan dapat merasakan sensasi menjadi joki dan mengendalikan sapi dengan panduan pemiliknya.

Sapi yang biasanya digunakan adalah sapi pejantan yang memiliki kriteria khusus, seperti berbadan kekar, ekor sapi yang melengkung, dan kepala mendongak ke atas.

Sepasang sapi jantan akan dipasangi genta besar (gerumbungan) dan beberapa aksesoris lainnya yang akan dikaitkan pada sebatang kayu yang disebut uga. Pada bagian tengah uga, dipasangi kayu sepanjang 3 meter dan pada ujung kayu tersebut ada seorang joki yang bertugas untuk mengendalikan sapi.




(iws/iws)

Hide Ads