Mengenal 10 Awatara, Manifestasi Ida Sang Hyang Widhi yang Turun ke Dunia

Mengenal 10 Awatara, Manifestasi Ida Sang Hyang Widhi yang Turun ke Dunia

Ni Luh Made Yari Purwani Sasih - detikBali
Minggu, 02 Apr 2023 22:36 WIB
Sepuluh awatara Batara Wisnu. (Dok p2k.unaki.ac.id)
Foto: Sepuluh awatara Batara Wisnu. (Dok p2k.unaki.ac.id)
Denpasar -

Awatara/Avatara berasal dari kata Ava yang berarti bawah dan Tara/Tra berarti menyebrang atau menjelma. Jadi, awatara berarti perwujudan/manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi yang turun ke dunia untuk menegakkan kebenaran (dharma).

Awatara turun ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia. Berdasarkan makna dari Bhagavadgita Bab. IV Sloka 7, Tuhan akan turun menjelma ke dunia dengan mengambil wujud-wujud tertentu, apabila pelaksanaan dharma merosot dan kejahatan (adharma) sudah merajalela (Sugita, 2016:19).

Dilansir dari laman p2k.unaki.ac.id, Tuhan mengambil mengambil suatu bentuk dalam dunia material, untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran dan kejahatan, menegakkan kebenaran (dharma), dan menyelamatkan umat manusia yang menjalankan dharma.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam kitab Visnu Purana, dikenal sepuluh awatara penyelamat dunia, yaitu Matsya Awatara, Kurma Awatara, Waraha Awatara, Narasimha Awatara, Wamana Awatara, Parasurama Awatara, Rama Awatara, Krishna Awatara, Buddha Awatara, dan Kalki Awatara.

Matsya Awatara

Matsya Awatara berwujud ikan yang maha besar, kemunculannya saat Satya Yuga. Matsya Awatara turun dengan misi untuk menyelamatkan benih manusia yang terancam punah.

ADVERTISEMENT

Kisah mengenai Matsya Awatara dapat dilihat dalam Matsyapurana. Dikisahkan saat itu, Raja Satyabrata/Waiwaswata Manu mencuci tangan di sungai dan dihampiri oleh ikan kecil.

Kemudian, dipeliharalah ikan itu, yang semakin hari makin membesar hingga memenuhi kolam. Hingga, diketahui bahkan ikan tersebut adalah jelmaan Dewa Wisnu.

Matsya Awatara menyampaikan bahwa akan terjadi banjir besar, ia pun berpesan untuk dibuatkan bahtera besar yang diisi berbagai makhluk hidup berjumlah sepasang (jantan dan betina). Hingga akhirnya, hari itu pun tiba, Waiwaswata Manu dan seluruh pengikutnya selamat dari bencana karena telah melaksanakan pesan-pesan yang disampaikan oleh Matsya Awatara.

Kurma Awatara

Kurma Awatara berwujud kura-kura raksasa, kemunculannya saat Satya Yuga. Kurma Awatara turun dengan misi untuk menahan gunung Mandaragiri agar tidak tenggelam.

Kisah mengenai Kurma Awatara dapat disimak dalam kitab Adiparwa. Dikisahkan, pada saat itu para Dewa dan Asura (Raksasa) sedang bersama untuk menyelesaikan misi mencari Tirta Amertham, yaitu air suci untuk keabadian hidup.

Diaduklah lautan Ksera dengan Gunung Mandaragiri sebagai tongkat pengaduknya.

Kurma Awatara bertugas untuk menahan gunung agar tidak tenggelam, didukung juga dengan Naga Basuki sebagai tali pemutar, Dewa Indra menduduki gunung agar tidak mengambang, serta para Dewa dan Asura yang memutar gunung.

Waraha Awatara

Waraha Awatara berwujud babi hutan, kemunculannya saat Satya Yuga. Kisah mengenai Waraha Awatara dapat disimak dalam kitab Warahapurana.

Dikisahkan ada seorang raksasa bernama Hiranyaksa, ia memiliki niat untuk menenggelamkan bumi ke dalam lautan kosmik. Waraha Awatara turun sebagai jelmaan Dewa Wisnu, untuk menyelamatkan bumi.

Terjadilah pertempuran antar Waraha Awatara dengan Hiranyaksa selama ribuan tahun. Hingga pada akhirnya, pertempuran dimenangkan oleh Waraha Awatara.

Bumi pun diangkat dari lautan kosmik menuju orbitnya dengan menggunakan dua buah taring panjang yang dimiliki oleh Waraha Awatara.

Narasimha Awatara

Narasimha Awatara berwujud manusia berkepala singa, kemunculannya saat Satya Yuga. Narasimha Awatara membunuh Hiranyakasipu, yaitu seorang tokoh yang bersifat adharma.

Dikisahkan Hiranyakashipu adalah raksasa yang sangat membenci Dewa Wisnu, karena telah membunuh adiknya Hiranyaksa. Ia pun meminta permohonan kepada Dewa Brahma untuk tidak bisa dibunuh dengan beberapa cara.

Prahlada adalah anak Hiranyakashipu dan Lilawati yang dididik oleh Narada, tumbuh menjadi anak yang budiman dan pemuja Wisnu. Karena itu, Hiranyakashipu murka dan hendak membunuh anaknya.

Saat itu, munculah Narasimha sebagai jelmaan Dewa Wisnu. Hiranyakashipu berhasil dibunuh bukan oleh manusia, binatang, atau dewa, melainkan manusia berkepala singa. Ia bukan dibunuh dengan senjata, melainkan dengan kuku.

Ia tidak dibunuh di pagi, siang, atau malam hari, melainkan senja hari. Ia juga dibunuh bukan di luar atau di dalam rumah, bukan di darat, air, api, atau udara, melainkan di pangkuan Narasimha.

Wamana Awatara

Wamana Awatara berwujud orang kerdil, kemunculannya saat Treta Yuga membunuh Raja Bali. Kisah Wamana Awatara dimuat dalam kitab Bhagawatapurana.

Dikisahkan suatu waktu Raja Bali mengundang seluruh Brahmana untuk diberikan hadiah. Sebelumnya, Raja Bali telah dinasehati oleh Sukracarya untuk tidak memberikan hadiah kepada Brahmana yang berbentuk aneh.

Saat itu, hadirlah Brahmana dengan tubuh kerdil, yang meminta hadiah berupa tanah seluas tiga jengkal kakinya. Raja Bali yang lupa akan nasehat Sukracarya kemudian mempersilakannya untuk melangkahkan kaki.

Secara tidak disangka, Brahmana tersebut berubah menjadi sangat besar. Langkah pertamanya menginjak surga, langkah kedua menginjak bumi, dan langkah ketiga sudah tidak ada lahan lagi. Sehingga, Raja Bali menjadikan kepalanya sebagai pijakan ketiga.

Parasurama Awatara

Parasurama Awatara berwujud sang Rama yang bersenjata kapak, kemunculannya saat Treta Yuga. Parasurama Awatara turun dengan misi memberi kesadaran kepada para ksatria untuk mengendalikan dharma dengan kepemimpinan sebaik-baiknya.

Parasurama merupakan salah satu putra dari Jamadagni, ia satu-satunya putra yang mau membunuh ibunya Renuka atas perintah Jamadagni karena kesalahan Renuka dalam melayani kebutuhan Jamadagni.

Atas perbuatan tersebut, Parasurama dipersilakan mengajukan beberapa permintaan. Dengan bijaksananya, ia meminta agar Jamadagni menghidupkan kembali dan menerima Renuka dan mengembalikan keempat saudaranya ke wujud manusia.

Hal itu sontak membuat Jamadagni bangga dan terkesan akan permintaan putranya itu.

Rama Awatara

Rama Awatara berwujud sang Ksatria yang merupakan putra Prabu Dasarata, kemunculannya saat Treta Yuga. Rama Awatara turun dengan misi melawan adharma yang dipimpin oleh Rahwana dan pasukannya.

Dikisahkan Resi Wiswamitra menghadap Raja Dasarata, meminta bantuan Rama untuk mengusir para raksasa yang mengganggu ketenangan para resi di hutan.

Akhirnya, Rama dan Laksmana pergi ke Sidhasrama, tempat kediaman para resi. Namun, mereka harus melewati hutan Dandaka, Rama dan Laksmana pun telah berhasil dengan membunuh rakhsasi Tataka.

Sesampainya di Sidhasrama, Rama dan Laksmana mengamankan pelaksanaan upakara dari para resi dan telah membunuh raksasa pengganggu yaitu Subhahu. Selain itu, Rama juga dapat membunuh Rahwana yang berasal dari kerajaan Alengka.

Krishna Awatara

Krishna Awatara adalah Putra Wasudewa, kemunculannya saat Dwapara Yuga. Krishna Awatara turun dengan misi menghancurkan Raja Kangsa dan Jasrasanda, yaitu para golongan adharma.

Krishna dipercaya bisa mengangkat bukit Gowardhana untuk melindungi penduduk Vrindavana dari tindakan Dewa Indra yang semena-mena dan mencegah kerusakan lahan hijau Gowardhana.

Krishna menyarankan kepada rakyat Vrindavana untuk merawat hewan dan lingkungan sekitar. Daripada menyembah Indra yang setiap tahunnya yang menghabiskan sumber daya mereka.

Gerakan ini dimulai oleh Krishna adalah untuk melawan kaum ortodoks penyembah Dewa Weda seperti Indra.

Buddha Awatara

Buddha Awatara berwujud Pangeran Siddharta Gautama, merupakan putra Prabu Sudodana. Kemunculannya saat Kali Yuga, dengan misi menyadarkan umat manusia agar terbebas dari kegelapan dan penderitaan.

Buddha muncul sebagai Awatara yang menganjurkan tindakan tanpa kekerasan (ahimsa). Dalam kitab Bhagawatapurana, diuraikan bahwa penjelmaan Tuhan dari zaman ke zaman dan kehadiran sang Buddha itu adalah setelah Balarama dan Krishna. Kehadiran Sang Buddha bertujuan untuk menyesatkan musuh para pemuja Tuhan.

Kalki Awatara

Kali Awatara merupakan Awatara ke-10. Menurut kepercayaan, Kalki Awatara adalah sang pemusnah yang akan muncul saat Kali Yuga, ketika adharma benar-benar tak terkendali.

Kalki Awatara muncul di salah satu dari 18 kitab Purana yang utama, yaitu Agnipurana. Kitab Purana yang secara khusus membahas mengenai Kali Awatara adalah Kalkipurana.

Yang sampai saat ini diketahui bahwa Kalki Awatara belum turun ke dunia. Kalki Awatara akan turun pada zaman Kali Yuga yang dicirikan dengan menunggangi kuda putih dan menghunus pedang yang berkilau.

Artikel ini ditulis oleh Ni Luh Made Yari Purwani Sasih peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(nor/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads