Cecimpedan adalah teka-teki atau tebak-tebakan dalam bahasa Bali. Jika kalian ingin bermain cecimpedan, coba simak dulu contoh-contoh cecimpedan dalam artikel ini. Temanmu mungkin akan sulit menebaknya. Atau setelah membaca ini, kalian mungkin mendapatkan ide untuk membuat cecimpedan kalian sendiri.
Berbagai Cecimpedan Bahasa Bali
Dilansir dari jurnal bahasa di laman Kemdikbud, teka-teki adalah salah satu produk sastra yang sudah ada sejak dahulu kala dan tersebar di mana-mana. Termasuk di Bali yang dikenal dengan nama cecimpedan. Dalam bahasa Jawa, teka-teki ini disebut cangkriman, dalam bahasa Sunda dikenal tataruncingan, sedangkan dalam bahasa Batak Simalungun dikenal hutinta.
Fungsi cecimpedan maupun teka-teki lain di berbagai daerah biasanya untuk bersenang-senang, sebagai permainan, atau hiburan. Namun di Selayar, teka-teki yang disebut dengan tangki-tangki, biasanya dipakai untuk menghibur ketika ada keluarga yang meninggal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam setiap teka-teki, selalu ada soal dan jawaban. Dalam sebuah soal terdapat beberapa elemen di dalamnya. Pertama adalah rumus pengantar, yaitu berupa kata tanya, seperti 'apakah itu', 'siapakah itu'. Kedua adalah bagian inti yang berisi subjek dan predikat, misalnya 'anak kecil yang selalu pakai topeng'.
Subjek ini biasanya berbentuk metafora. Meski yang dimaksud adalah hewan, Anda bisa menyebutnya dengan sebutan orang, misalnya 'anak kecil', 'orang apa'.
Terakhir adalah formula akhir yang isinya penegasan pertanyaan, misalnya 'apa jawabannya?', 'tahu tidak?'. Formula akhir ini tak masalah jika tidak digunakan. Selanjutnya adalah jawaban atau solusi. Pada soal di atas, jawabannya adalah larva capung.
Apa saja contohnya?
Contoh 1
Pertanyaan:
Apa ke lalipi ngalih lima?
(Apakah ular yang mencari tangan?)
Jawaban:
Jam tangan
(Jam tangan)
Dalam cecimpedan ini, pertanyaannya menggunakan metafora ular. Ular yang dimaksud adalah jam tangan. Tali pengikat jam tangan ini disamakan dengan ular karena motifnya mirip kulit ular.
Contoh 2
Pertanyaan:
Apa ke ane songne gede sing nyidayang pesu, nanging ane songne cenik nyidayang?
(Apakah itu yang lubangnya besar tidak bisa keluar, tapi yang lubangnya kecil bisa keluar?)
Jawaban:
Anak makecuh
(Orang meludah)
Pertanyaan dalam cecimpedan ini menggunakan kalimat kompleks, tidak seperti contoh pertama yang sederhana. Subjeknya adalah lubang, yang ternyata maksudnya adalah mulut. Tentu saja orang meludah harus mengecilkan mulut agar bisa keluar ludahnya.
Contoh 3
Pertanyaan:
Apa panakne jekjek, memenne slelegang?
(Apakah itu yang anaknya diinjak, ibunya disandarkan?)
Jawaban:
Jan
(Tangga)
Cecimpedan di atas menggunakan dua kalimat yang berkebalikan. Anak berkebalikan dengan ibu, kondisinya pun tidak wajar karena anak seharusnya tidak diinjak. Hal ini justru bisa membuat orang penasaran. Anak yang dimaksud adalah anak tangga yang berukuran kecil-kecil, sedangkan ibu adalah bagian tangga yang panjang.
Contoh 4
Pertanyaan:
Apa ke memene slelegang, nanging panakne menek tuunang?
(Apakah itu yang ibunya disandarkan, namun anaknya dinaik-turunkan?)
Jawaban:
Anak ngikih
(Orang memarut kelapa)
Seperti contoh ketiga, cecimpedan ini juga saling menukar subjek dan predikat. Anak yang dinaik-turunkan ini adalah potongan kelapa saat diparut harus digerakkan naik turun pada parutan.
Contoh 5
Pertanyaan:
Apa ulung masuryak?
(Apakah itu yang jatuh lalu bersorak?)
Jawaban:
Danyuh
(Daun kelapa kering)
Pertanyaan pada cecimpedan kali ini sederhana tetapi cukup membuat penasaran karena ketika jatuh seharusnya tidak bersorak. Ternyata yang dimaksud adalah daun kelapa kering. Daun ini saat jatuh terdengar suaranya lebih keras dibandingkan daun lain.
Contoh 6
Pertanyaan:
Apa macelep ngenah?
(Apakah itu yang masuk tetapi terlihat?)
Jawaban:
Kancing baju
(Kancing baju)
Cecimpedan ini juga merupakan sesuatu yang tidak biasa. Seharusnya sesuatu yang masuk tidak akan terlihat, tetapi dalam pertanyaan ini justru terlihat saat masuk. Ternyata maksudnya kancing baju yang dimasukkan ke dalam lubang kancing.
Contoh 7
Pertanyaan:
Apa dugasne cerik mapusungan, nanging sesubane kelih megambahan?
(Apa yang saat kecilnya bersanggul, namun saat dewasanya terurai?)
Jawaban:
Punyan paku, punyan padi
(Tanaman paku, tanaman padi)
Cecimpedan di atas bisa menjadi pertanyaan jebakan jika Anda menginginkan orang lain tidak bisa menjawab dengan tepat. Jika mereka menjawab tanaman paku, Anda bisa mengatakan itu salah karena jawabannya adalah tanaman padi, begitu juga sebaliknya.
Contoh 8
Pertanyaan:
Apa anak cerik mabaju liu?
(Apakah anak kecil yang memakai baju banyak?)
Jawaban:
Jagung
(Jagung)
Cecimpedan ini bertema hasil bumi. Tema cecimpedan seperti ini paling banyak ditemukan di Bali. Jagung pada cecimpedan ini disimbolkan sebagai anak kecil, disebut memakai baju banyak karena ada lapisan kulit jagung yang banyak.
Contoh 9
Pertanyaan:
Apa anak cerik maid cacing?
(Apakah itu anak kecil yang menarik cacing?)
Jawaban:
Jaum
(Jarum)
Tema cecimpedan kali ini adalah peralatan rumah tangga. Tema ini terbanyak kedua yang digunakan dalam cecimpedan. Anak kecil yang dimaksud adalah jarum, sedangkan cacing adalah benang yang terikat pada lubang jarum.
Contoh 10
Pertanyaan:
Apa yening mejujuk ia medem, nanging yening medem ia majukuk?
(Apa itu yang jika berdiri dia tertidur, tapi jika tertidur dia berdiri?)
Jawaban:
Tlapakan batis
(Telapak kaki)
Tema organ tubuh juga sering digunakan dalam cecimpedan, yaitu menempati urutan ketiga setelah hasil bumi dan peralatan rumah tangga.
Nah demikian tadi telah kita ulas 10 contoh cecimpedan bahasa Bali atau teka-teki atau tebak-tebakan dengan berbagai tema. Unsur-unsurnya juga sudah kita sebutkan. Yuk sekarang kalian coba membuat cecimpedan sendiri dan minta temanmu menebak.
(bai/fds)