Kesusastraan Bali Purwa Beserta Contohnya

Kesusastraan Bali Purwa Beserta Contohnya

Debora Danisa Kurniasih Perdana Sitanggang - detikBali
Senin, 12 Des 2022 12:30 WIB
Peserta menuliskan aksara Bali di atas daun lontar dalam festival Nyurat Lontar yaitu rangkaian peringatan Bulan Bahasa Bali 2020 di Taman Budaya Bali, Denpasar, Bali, Sabtu (1/2/2020). Kegiatan yang diikuti 2.020 peserta tersebut merupakan upaya perlindungan dan penggunaan bahasa, aksara serta sastra Bali. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/nym/hp.
Foto ilustrasi: ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
-

Budaya Bali selalu memiliki pesona yang begitu kaya dan tidak habis-habis. Bukan hanya keindahan alam, tetapi Bali juga memiliki segudang karya sastra yang indah. Karya sastra atau kesusastraan di Bali dibagi menjadi dua jenis, kesusastraan anyar dan kesusastraan purwa.

Kesusastraan Bali purwa merupakan sastra klasik atau kuno yang diwujudkan dalam gubahan dan prosa yang indah. Dalam artikel ini, kita akan mengenal lebih jauh mengenai kesusastraan Bali purwa beserta contoh-contohnya.

Pengertian Kesusastraan Bali Purwa

Mengutip Assifawildan Wijayani dalam situs academia.edu, sastra Bali purwa adalah sastra klasik atau lama atau kuno dengan formulasi sebagai sastra Bali yang bercorak dan bersifat tradisi atau warisan secara turun-temurun dari masa lampau. Sastra Bali purwa dikenal juga sebagai sastra Bali tradisional, yang merupakan himpunan karya-karya sastra yang dibangun atas struktur tradisional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian mengutip Kesusastraan Bali Purwa oleh I Wayan Suardiana dalam situs simdos.unud.ac.id, kesusastraan atau kasusastran memiliki definisi yang diambil dari kata sastra atau literatur. Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti orisinalitas, keindahan dalam isi, keartistikan, dan ungkapannya. Sastra biasanya berupa teks rekaan, baik puisi maupun prosa yang nilainya tergantung pada kedalaman pikiran dan ekspresi jiwa.

Pengertian sastra ini kemudian diadopsi menjadi pengertian kesusastraan. Kesusastraan adalah karya kesenian yang diwujudkan dengan bahasa seperti gubahan-gubahan prosa dan puisi yang indah-indah.

ADVERTISEMENT

Kesusastraan Bali purwa dibagi menjadi dua yakni Kasusastran Gantian dan Kasusastran Sesuratan. Kasusastran Gantian berupa folklore atau satua, sedangkan Kasusastran Sesuratan berupa sastra tertulis. Pada bidang kesusastraan Bali purwa, contoh Kasusastran Gantian adalah ucapan-ucapan magis, mantra-mantra, nyanyian anak-anak, tamsil, teka-teki, dan cerita rakyat.

Sejarah Kesusastraan Bali Purwa

Menurut Suardiana dalam jurnalnya, perkembangan kesusastraan Bali dilihat secara periodik per zaman. Sebagai sastra klasik atau kuno, kesusastraan Bali purwa menjadi cikal bakal kesusastraan Bali yang selanjutnya, yang dikenal sebagai kesusastraan Bali anyar. Secara historis, kesusastraan Bali purwa telah terlihat perkembangannya sejak zaman Bali Kuna, tepatnya pada Dinasti Warmadewa pada abad IX.

Hal ini disimpulkan dari kata 'parbwayang' dalam prasasti untuk menyebut pertunjukan wayang, meskipun hingga saat ini belum ditemukan bukti arkeologis atau tertulis tentang sastra Bali kuna dari abad tersebut. Suardiana, mengutip Sancaya (1999) menjelaskan bahwa kesusastraan Bali kuna pernah ada, tetapi bukti-bukti itu tidak sampai ke zaman ini karena ditulis menggunakan bahan-bahan yang tidak tahan lama dan tidak disimpan dengan baik.

Pada abad berikutnya, sastra Bali berkembang sejak adanya pengaruh sastra Jawa. Pada zaman itu, raja Dharmawangsa Teguh yang merupakan keturunan wangsa Sindok dari Jawa Timur membuat proyek untuk menerjemahkan ajaran-ajaran Bhagawan Byasa ke dalam bahasa Jawa.

Kemudian Raja Erlangga yang merupakan putra raja Udayana menggantikan Dharmawangsa Teguh. Raja Erlangga memberikan iklim yang sangat baik bagi perkembangan sastra di Bali. Salah satu karya sastra pertama yang dibuat adalah Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa, yang dikenal populer hingga sekarang di kalangan masyarakat Hindu, khususnya di Bali.

Kemudian saat Kerajaan Majapahit muncul, sastra Jawa semakin berkembang dan pengaruhnya juga masuk ke Bali. Pada abad XVI, atau zaman Gelgel, kesusastraan Bali tumbuh dengan pesat. Dang Hyang Nirartha dan muridnya Ki Gusti Dauh Baleagung merupakan dua sosok pengawi yang menghasilkan banyak karya sastra pada masa itu. Di antaranya Kidung Pamancangah dan Dwijendra Tattwa.

Zaman Gelgel dilanjutkan dengan zaman Klungkung di mana sastra Bali menyebar rata ke Pulau Dewata. Di penghujung abad ke-20 pun masih ada pengarang kesusastraan Bali purwa yang dikenal seperti Ida Ketut Sari dari Desa Sanur, Ida Bagus Putu Maron dari Desa Ubud, I Nyoman Jelada, hingga Ida Bagus Rai dari Gria Mangasrami Ubud.

Ada pula nama-nama seperti I Wayan Pamit dari Denpasar yang mengarang beberapa kakawin, I Ketut Ruma, dan I Wayan Djapa yang produktif menggubah kisah Mahabharata ke dalam bentuk geguritan.

Contoh Kesusastraan Bali Purwa

Sebagian nama-nama penggubah kesusastraan Bali purwa telah kita lihat di atas. Selain itu, masih ada banyak lagi nama-nama dan contoh karya mereka, baik yang berbentuk lisan maupun tulisan. Berikut contoh-contoh kesusastraan Bali purwa.

  • Mpu Kanwa: Arjuna Wiwaha
  • Dang Hyang Nirartha: Kidung Sebun Bangkung, Sara Kusuma, Ampik, Legarang, Mahisa Langit, Ewer, Mayadanawantaka, Dharma Pitutur, Wasistha Sraya, Kawya Dharma Putus, Dharma Sunya Keling, Mahisa Megat Kung, Anyang Nirartha, Gegutuk Mneur, Wilet Demung Sawit, Brati Sasana, Siwa Sesana, Putra Sasana, Tuan Semeru, dan Kidung Aji Pangukiran.
  • Ki Gusti Dauh Bale Agung: Rareng Canggu, Wilet, Wukir padelegan, Sagara Gunung, Karas Nagara, Jagul Tua, Wilet Mayura, dan Anting-anting Timah.
  • Pangeran Telaga: Kidung Rangga Wungu, Amurwa Tembang, Amretamasa, Patol, Wilet Sih Tan Pegat, Kakangsen, Rara Kedura, Kebo Dungkul, Tepas, dan Caruk Amretamasa.
  • Kikayi Pande Bhasa: Gita Nathamartha
  • Arya Manguri: Kidung Arjuna Pralabdha
  • Ida Peranda Sakti Manuaba: Sanghara Bali dan Cecangkriman Memedi
  • Ida Bagus Putu Bek: Geguritan Dang Hyang Nirartha, Geguritan Dukuh Siladri, dan Geguritan Ampel Gading.
  • Ida Peranda Nyoman Pidada: Kidung Tantri dan Gita Wangbang Turida
  • Ida Padanda Wanida Wanasara: Kidung Bramara Sangupati
  • Ida Peranda Ngurah Sakti: Cowak Jeling
  • Ida Wayan Dangin: Geguritan Pan Bongkling
  • Ida Peranda Geria: Geguritan Burayut, Botoh Lara, dan Kunjarakarna
  • Ki Dalang Tangsub: Kidung Prembon
  • Ida Cokorda Denpasar: Geguritan Loda, Niti Raja Sasana, Kreyada Sastra, Dharma Sasana, Nengah Jimbaran, dan Pura Sanghara
  • Ida Padanda Made Sidemen: Kakawin Cayadijaya, Kakawin Candra Bherawa, Kakawin Panglepasan, Kakawin Kalphasanghara, Kidung Tantri Pisacarana, Kidung Rangsang, Geguritan Salampah Laku, dan Siwagama atau Siwa-Budhagama
  • Ida Ketut Sari: Geguritan Sampik, Geguritan Bogor, dan Geguritan Mas Ayu Sumedang
  • Ida Bagus Putu Maron: Geguritan Bali Tawa, Geguritan Putra Sasana, Geguritas Rasmi Sancaya Edan lalangon Potraka, dan Cecangkriman Rare Tua
  • I Nyoman Jelada: Kidung Pamancangah dan Geguritan Dukuh Suladri
  • dr Ida Bagus Rai: Geguritan Kesehatan, Geguritan amatra Mungguing Bhagawadgita, Geguritan Yadnya Ring Kuruksetra, dan Geguritan Panca Puspita
  • I Wayan Pamit: Kakawin Siwagama, Kakawin NIlacandra, Kakawin Rawana, Kakawin Candrabhanu, dan Kakawin Candrabherawa
  • I Wayan Djapa: Sarasmuscaya, Bhagawadgita, Lubdaka, dan Niti Sastra dalam bentuk geguritan

Ternyata banyak sekali contoh kesusastraan Bali purwa, detikers. Sekarang kita lebih memahami bahwa Bali memiliki banyak karya sastra klasik dengan berbagai tema. Semoga informasi ini bermanfaat untuk Anda, detikers.




(des/fds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads