3 Pura di Bali Dipercaya Sebagai Tempat Melukat Memohon Keturunan

3 Pura di Bali Dipercaya Sebagai Tempat Melukat Memohon Keturunan

Tim detikBali - detikBali
Minggu, 11 Des 2022 09:17 WIB
Ilustrasi Melukat di Pura Tirta Empul, Bali.
Melukat di Pura Tirta Empul. Foto: Rachman_punyaFOTO
Denpasar -

Melukat adalah tradisi pembersihan diri yang biasa dilakukan oleh umat Hindu di Bali. Selain penyucian diri, beberapa umat Hindu melakukan melukat juga untuk meminta keinginan tertentu dikabulkan salah satunya memohon keturunan.

Berikut ini detikBali rangkum 3 Pura di Bali yang dipercaya sebagai tempat melukat memohon keturunan.

1. Pura Tirta Sudhamala Buleleng

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejumlah Pemedek, sedang melukat di Pura Tirta Sudhamala. Foto: Made Wijaya KusumaSejumlah Pemedek, sedang melukat di Pura Tirta Sudhamala. Foto: Made Wijaya Kusuma Foto: Sejumlah Pemedek, sedang melukat di Pura Tirta Sudhamala. Foto: Made Wijaya Kusuma

Pura Tirta Sudhamala termasuk pura yang cukup terkenal di Buleleng. Pura yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Desa Pakraman Banyuasri, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Bali ini sering dikunjungi masyarakat untuk melukat yang diyakini dapat menyembuhkan penyakit non medis, hingga memohon jodoh dan keturunan.

"Banyak yang melukat di sini itu, ada yang memohon kesembuhan, jodoh hingga keturunan. Bahkan ada dulu, pemedek yang datang bawa babi guling, setelah ditanyakan katanya dulu pernah melukat di sini, dan dikaruniai seorang anak, itu salah satu kepercayaannya di sini," kata Jro Mangku Made Ferry Hariawan, Minggu (20/11/2022).

ADVERTISEMENT

Lokasi Pura Tirta Sudhamala terletak di tepi Sungai Banyumala. Konon dahulu tempat tersebut kerap dijadikan sebagai benteng perbatasan dari Kerajaan Buleleng.

Pada zaman itu juga tercatat beberapa kali terjadi peristiwa peperangan antar wilayah. Di antaranya adalah perang antara Sambangan dan Bangkang, Bangkang dengan Bangah dan Bangkang dengan Banyumala.

Tidak sedikit korban yang berjatuhan dari kedua belah pihak. Di mana mayat mereka ditinggalkan dan dibuang begitu saja di Sungai Banyumala. Hingga membuat aliran sungai banyumala menjadi tercemar dan berdampak terhadap para pengembala sapi dan kerbau di sana. Sapi mereka banyak yang sakit mati akibat meminum air di sungai tersebut.

"Banyak yang meninggal di hulu sungai. Lama kelamaan mayat-mayat itu ternyata menjadi racun dan berdampak kepada warga yang berada di hilir, sehingga banyak sapi warga sakit bahkan meninggal," katanya.

Suatu ketika, kata Jro Mangku Made Ferry diceritakan konon, terjadi ledakan yang sangat besar. Suaranya bahkan terdengar hingga radius lebih dari 500 meter.

Beberapa saat setelah ledakan tersebut, warga setempat yang merasa penasaran lantas mendatangi lokasi ledakan. Di mana saat sumber ledakan ditemukan terdapat semburan air yang begitu deras keluar dari dalam tanah.

Kemudian, ada salah satu warga yang memperoleh bisikan bahwa air tersebut bisa membersihkan atau menawarkan racun yang berada di aliran Sungai Banyumala. Mendapat informasi itu, warga lantas membawa air yang berasal dari mata air itu ke hulu Sungai Banyumala.

"Karena ada petunjuk, diambil tirta ini, dibawalah ke hulu, ternyata benar apa yang dikatakan itu, ternyata benar tirta ini untuk membersihkan segala macam kotoran dan mala atau racun," jelasnya.

Mata air tersebut kemudian dianggap sebagai air suci oleh warga sekitar, sehingga dibangunlah sebuah pura di sumber ledakan tersebut yang kini dikenal dengan nama Pura Tirta Sudhamala, supaya warga setempat dapat menggunakan air tersebut sarana melukat.

Tempat melukat memohon keturunan klik halaman berikutnya

2. Pura Tirta Kelebut Toya Sah Telaga Dwaja Karangasem

Pura Tirta Kelebut Toya Sah Telaga Dwaja atau Pelukatan Tirta Sah di Banjar Dinas Susut, Desa Muncan, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, Bali.Pura Tirta Kelebut Toya Sah Telaga Dwaja atau Pelukatan Tirta Sah di Banjar Dinas Susut, Desa Muncan, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, Bali. Foto: Pura Tirta Kelebut Toya Sah Telaga Dwaja atau Pelukatan Tirta Sah di Banjar Dinas Susut, Desa Muncan, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, Bali. (I Wayan Selamat Juniasa/detikBali)

Pura Tirta Kelebut Toya Sah Telaga Dwaja atau yang lebih dikenal sebagai Pelukatan Tirta Sah terletak di Banjar Dinas Susut, Desa Muncan, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem. Warga yang melukat di tempat tersebut biasanya memohon kesembuhan hingga keturunan.

Pemangku di Pelukatan Tirta Sah, Jro Mangku Sudiarta (55) mengatakan tempat pelukatan tersebut sudah ada sejak dulu dan disucikan oleh warga. Bahkan, setiap ada upacara keagamaan di Kecamatan Selat selalu ngelungsur atau memohon air suci di Pelukatan Tirta Sah.

"Sudah banyak masyarakat yang membuktikan, setelah melukat di Tirta Sah akhirnya sembuh dari penyakit yang dideritanya," kata Mangku Sudiarta saat ditemui di Pelukan Tirta Sah, Sabtu (26/11/2022).

Menurut Jro Mangku, belakangan semakin banyak masyarakat dari berbagai daerah yang datang untuk melukat di Pelukatan Tirta Sah. Bahkan, saat hari tertentu, umat yang datang sampai membludak.

Tak hanya warga Bali, beberapa kali pengunjung yang datang melukat juga berasal dari Lumajang dan Lombok. Mereka yang melukat di sana dari kalangan masyarakat biasa hingga Ida Pedanda.

"Di hari-hari tertentu seperti Purnama, Tilem, Banyu Pinaruh dan hari besar keagamaan lainnya masyarakat yang datang sangat banyak bahkan sampai membludak," kata Mangku Sudiarta.

Jro Mangku menjelaskan, masyarakat yang hendak melukat di Tirta Sah dapat membawa banten pejati dan klungah nyuh atau kelapa gading. Jika pun tidak, membawa canang sari saja sudah cukup.

Salah satu warga I Wayan Turun (57) mengatakan dirinya sempat mengidap penyakit diabetes. Setelah beberapa kali melukat di Tirta Sah, ia mengaku dirinya kini sudah sembuh dan sehat seperti dahulu.

"Dulu kaki saya sampai bengkak karena penyakit diabetes. Saat dibawa ke dokter saya disuruh melakukan operasi. Tapi setelah saya rutin melukat di sini bengkak di kaki saya sedikit demi sedikit sembuh hingga akhirnya saya kembali sehat seperti sekarang," kata Turun.

Tempat melukat memohon keturunan klik halaman berikutnya

3. Badung

Pura Kereban Langit, Desa Sading, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali.Pura Kereban Langit, Desa Sading, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali. Foto: Triwidiyanti

Hamparan hijau dan cuaca sejuk sangat terasa ketika memasuki kawasan Pura Kereban Langit yang berlokasi di Desa Sading, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali. Kawasan Pura Kereban Langit Sading viral karena dikabarkan memiliki keistimewaan pada air sucinya yang berada di dalam kawasan goa pura tersebut.

Air suci tersebut dipercaya dapat mendatangkan keturunan dan mampu mengobati penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh medis. Menuju ke lokasi Pura Kereban Langit, jika dari Kota Denpasar, Anda dapat menempuh jarak 20 menit (baik motor maupun mobil).

Di sana mata Anda akan dimanjakan dengan kawasan hijau persawahan sebelum memasuki pura. Pura tersebut terletak di bawah dan sebelum memasuki kawasan pura, Anda disarankan memakai kamen atau kebaya ringan dan selendang.

Wanita sedang haid dilarang memasuki kawasan pura ini. Biasanya yang datang adalah para pemedek warga Desa Sading, ada juga dari Kota Denpasar dan Tabanan, namun banyak juga wisatawan dari luar Bali yang hendak bersembahyang di pura ini.

Tujuan para pemedek ini bermacam-macam, yang paling sering diminta adalah nunas sentana (memohon keturunan) dan nunas tamba (memohon pengobatan).

Pemangku Pura Jero Mangku I Ketut Witera (68) membenarkan Pura Kereban Langit bisa mendatangkan keturunan. Kabar itu menyebar setelah raja yang belum punya keturunan menjadi punya keturunan.

"Itu dari mulut ke mulut menyambung dibuktikan dengan kenyataan," ungkap dia.

Untuk melakukan nunas sentana dan nunas tamba syaratnya pemedek harus membawa banten atau pejati (upakara) dan bungkak hijau satu orang satu (kelapa hijau). Pada prosesi nunas sentana ini nantinya pemangku akan memercikkan Tirta (air) Slaka agar pemedek diberikan keturunan atau diberikan kesembuhan dan keberkahan.

Sebelum melakukan nunas sentana, nunas tirta, dan nunas tamba, pemedek diwajibkan melakukan prosesi melukat di Taman Beji yang jaraknya tidak jauh dari Pura. Melukat di Taman Beji yang ada 5 pancoran, yaitu:

1. Pengleburan: melebur hal yang negatif

2. Pengelukatan: membersihkan unsur negatif

3. Prayasita: membersihkan diri

4. Pewintenan sari: membersihkan diri

5. Kemakmuran: supaya kehidupan setelah bersih dilebur supaya sejahtera

Halaman 2 dari 3


Simak Video "Viral Dua Turis Cekcok Saat Melukat di Tirta Empul Tampaksiring"
[Gambas:Video 20detik]
(nor/dpra)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads