Desa Adat Bebandem, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali, kembali melaksanakan tradisi metigtig, Selasa (15/11/2022). Saat metigtig berlangsung, para lelaki di desa itu saling serang menggunakan pelepah pisang.
Bendesa Adat Bebandem, I Gede Warsa (64) menjelaskan, tradisi ini digelar saat Ida Bhatara Alit tedun dalam rangkaian Usaba Desa yang dilaksanakan setiap 2 tahun sekali. Awalnya, metigtig dilaksanakan ketika beberapa warga di Desa Adat Bebandem terserang wabah penyakit atau grubug.
"Nah, saat Ida Bhatara diturunkan maka akan dilaksanakan tradisi metigtig oleh warga Desa Adat Bebandem," kata Warsa, Selasa (15/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tradisi metigtig diikuti oleh para laki-laki dari Desa Adat Bebandem. Masing-masing peserta membawa senjata berupa papah don biu atau batang daun pisang. Setelah sampai di perempatan desa, mereka seakan saling serang, saling pukul atau saling tigtig menggunakan senjata yang sudah dibawa.
Metigtig dilakukan secara spontan. Para lelaki yang mengikuti tradisi itu bebas memilih lawannya masing-masing. Selama prosesi metigtig berlangsung, mereka tak terlihat memendam amarah meski terkena pukulan batang daun pisang.
Setelah metigtig usai, Ida Bhatara Alit langsung melanjutkan perjalanan menuju Pura Bale Agung. Di sanalah upacara selanjutnya digelar dan berlangsung hingga 5 hari ke depan.
"Intinya tradisi ini dilaksanakan untuk memohon keselamatan dari berbagai macam penyakit sehingga warga Desa Adat Bebandem selalu dalam lindungan Tuhan," kata Warsa.
(iws/dpra)