Aksara Bali Lengkap Beserta Arti dan Aturan Menulisnya

Aksara Bali Lengkap Beserta Arti dan Aturan Menulisnya

ilham fikriansyah - detikBali
Selasa, 25 Okt 2022 07:00 WIB
A Balinese woman (C) performs a traditional dance of Joget Bumbung during the 35th Bali Art Festival in Denpasar on Indonesias resort island of Bali on July 4, 2013.  The Joged Bumbung Dance is one of the few exclusively secular dances of Bali, in which the brightly-dressed dancer invites men from the crowd to dance with her in a pretence of seduction.     AFP PHOTO / SONNY TUMBELAKA        (Photo credit should read SONNY TUMBELAKA/AFP via Getty Images)
Ilustrasi adat dan budaya Bali. Foto: Sonny Tumbelaka/AFP/Getty Images
Jakarta -

Sebagian dari detikers mungkin sudah tidak asing dengan aksara Jawa. Namun tak hanya aksara Jawa saja yang populer di kalangan masyarakat, ada juga aksara Bali yang bahkan kini telah dilindungi oleh pemerintah.

Sebagai informasi, sejak Oktober 2018 silam aksara Bali wajib dipakai di kantor pemerintah dan swasta di Provinsi Bali. Aturan ini tertuang dalam Peraturan Gubernur Bali tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali.

Maka dari itu, khususnya detikers warga Bali ada baiknya mempelajari aksara Bali serta mengetahui artinya. Biar nggak penasaran, simak aksara bari lengkap dengan artinya dalam artikel berikut ini yuk detikers.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Aksara Bali

Dijelaskan dalam buku Modernisasi dan Pelestarian Perkembangan Metode dan Teknik Penulisan Aksara Bali oleh I.B. Made Suasta, dijelaskan bahwa aksara Bali mendapat pengaruh besar dari aksara di India. Dalam sejarahnya, aksara ini dibawa oleh orang India yang menganut agama Hindu ke Indonesia lewat politik perluasan koloni, perdagangan, agama, dan kebudayaan.

Sebagai informasi, dalam kebudayaan India terdapat aksara tertua yang disebut Karosthi yang berkembang lagi menjadi aksara Dewonegari dan Pallowo. Kedua aksara ini digunakan oleh umat Hindu India di wilayah yang berbeda, untuk aksara Dewonegari digunakan di India bagian utara untuk menulis bahasa Sansekerta, sementara aksara Pallawa lebih banyak dipakai di India bagian selatan dalam bahasa Pallawa.

ADVERTISEMENT

Nah, kedua aksara ini kemudian masuk ke wilayah Nusantara melalui kerajaan Sriwijaya. Seiring berjalannya waktu, aksara ini berhasil memberikan pengaruh sejalan dengan perkembangan agama Hindu dan Budha.

Seiring perkembangannya di wilayah Nusantara, kedua aksara ini mulai bertransformasi dalam bentuk baru yang disebut sebagai aksara Kawi. Nah, dari aksara Kawi kemudian berkembang lagi hingga menjadi aksara Bali dan aksara Jawa.

Namun pada awalnya, tidak semua aksara Pallawa dan aksara Dewonegari digunakan oleh masyarakat Bali, sebab penggunaan aksara ini disesuaikan dengan sejumlah kepentingan warga Bali. Dalam menuliskan bahasa Bali awalnya menggunakan 18 aksara, tapi karena mendapat pengaruh kebudayaan Hindu dari India, maka penulisan aksara bertambah menjadi 47 buah.

Jenis Aksara Bali

Aksara Bali.Aksara Bali. Foto: disbud.bulelengkab.go.id

Dijelaskan dalam buku Modernisasi dan Pelestarian Perkembangan Metode dan Teknik Penulisan Aksara Bali oleh I.B. Made Suasta, dalam kehidupan sehari-hari aksara Bali digunakan untuk menuliskan bahasa Bali. Selain itu, aksara Bali juga digunakan untuk menulis rerajahan yang berkaitan dengan upacara keagamaan maupun kekuatan magis.

Berdasarkan fungsinya, aksara digolongkan menjadi dua yakni aksara Biasa dan aksara Suci. Aksara Biasa merupakan aksara yang digunakan untuk menulis bahasa Bali dalam aktivitas sehari-hari, lalu aksara Suci digunakan untuk menulis yang terkait dengan keagamaan.

Nah, di dalam aksara Biasa dan Suci digolongkan lagi menjadi beberapa jenis. Apa saja jenis aksaranya? Simak penjelasannya di bawah ini:

1. Aksara Wreastra

Aksara Wreastra terdiri dari 18 buah aksara yakni ha, na, ca, ra,ka, da, ta, sa, wa, la, ma, ga, ba, nga, pa, ja, ya, nya. Dari seluruh aksara tersebut merupakan konsonan, sedangkan vokalnya diambil dari aksara wisarga ditambah dengan pangangge. Aksara suara tersebut adalah ulu, pepet, taleng, tedong, suku, dan taleng tedong.

2. Aksara Swalelita

Aksara Swalelita jumlahnya sebanyak 47 buah aksara dengan rincian 14 buah aksara suara dan 33 buah konsonan aksara. Sebagai informasi, aksara suara sama dengan vokal yang terdiri dari A, a, I, i, U, u, E, Ai, O, Au, re, ro, le, dan le.

Sementara itu, untuk aksara konsonannya digolongkan lagi ke dalam lima jenis berdasarkan warga aksaranya, yaitu Kantia, Talawia, Musdanya, Dantia, dan Ostia.

3. Aksara Wijaksara

Aksara Wijaksara terdiri atas Ongkara, Rwa Bhineda, Triaksara, Pancaksara, Panca Brahma, Desaksara, Caturdasaksara, dan Sodasaksara. Dari sejumlah nama aksara di atas, terdapat gabungan antara aksara-aksara Wijaksara lainnya yakni Caturaksara, Soaksara, dan Ekadaksara.

4. Aksara Modre

Aksara Modre adalah aksara Bali yang sulit dibaca karena terdapat pengangge aksara. Selain itu, aksara Modre juga dilambangkan dengan gambar-gambar tertentu. Sebagai informasi, aksara Modre terbagi menjadi empat jenis yakni tipe utama, tipe aksara kotak, tipe lambang-lambang, dan tipe lain-lain.

Perbedaan Aksara Bali dan Aksara Jawa

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, aksara Bali dan aksara Jawa dipengaruhi oleh aksara di India yang dibawa ke Indonesia. Meski sama-sama aksara, namun keduanya memiliki perbedaan lho detikers.

Pada dasarnya, aksara Jawa terdiri dari 20 huruf yakni Ha Na Ca Ra Ka Da Ta Sa Wa La Pa Dha Ja Ya Nya Ma Ga Ba Tha Nga. Lalu, perbedaan selanjutnya terletak pada saat melafalkan "dha" dan "tha", dalam aksara Jawa pelafalan huruf tersebut adalah "da" dan "ta".

Sementara itu, aksara Bali terdiri dari 47 buah aksara dengan rincian 14 buah aksara suara dan 33 buah konsonan aksara. Lalu untuk aksara Wianjana yang biasa digunakan berjumlah 18 buah aksara meliputi Ha Na Ca Ra Ka Da Ta Sa Wa La Pa Ja Ya Nya Ma Ga Ba Nga.

Cara Menulis Angka dalam Aksara Bali

Untuk menulis angka dalam aksara Bali perlu latihan terlebih dahulu detikers. Soalnya, menulis angka dalam aksara tentu cukup rumit, apalagi bagi detikers yang baru belajar aksara Bali.

Namun sebelum itu, mari kita coba berhitung angka 1-10 dalam bahasa Bali di bawah ini:

  • 1 = besik,siki
  • 2 = dua, kalih
  • 3 = telu
  • 4 = papat
  • 5 = lima
  • 6 = nenem
  • 7 = pitu
  • 8 = kutus
  • 9 = sia
  • 10 = dasa

Untuk melihat penulisan angka dalam bahasa balik, simak tabel di sebelah kanan yang menunjukkan angka dalam aksara Bali.

Daftar angka dalam aksara tradisional Bali.Daftar angka dalam aksara tradisional Bali. Foto: disbud.bulelengkab.go.id

Tanda Baca dalam Aksara Bali

Kalau dalam huruf Latin dikenal tanda baca titik dan koma, lain halnya dalam aksara Bali detikers. Untuk menandakan tanda baca dikenal istilah bernama carik, yang kalau diartikan ke dalam bahasa Indonesia artinya selesai.

Carik terbagi menjadi ke dalam dua jenis, yakni carik siki dan carik kalih. Perbedaannya adalah, carik siki memiliki fungsi yang sama seperti tanda koma. Sementara carik kalih yang fungsinya sama seperti tanda titik.

Carik siki memiliki tanda yang mirip seperti angka "1" pada huruf Latin. Sementara untuk menandakan carik kalih tandanya ada dua serta jaraknya berdekatan.

Aturan dalam Menulis Aksara Bali

Perlu diketahui, menulis aksara Bali ternyata ada aturan khusus. Pada dasarnya, menulis aksara Bali sama saja dengan menulis sebuah tulisan dalam berbagai bahasa, namun ukurannya sedikit lebih kompleks.

Dijelaskan dalam buku Celah-celah Kunci Pasang Aksara Bali oleh I Nengah Tinggen, berikut aturan dalam menulis aksara Bali.

1. Konsonan bentuk dasar yang mengikuti adeg-adeg diubah menjadi bentuk gabungan, lalu adeg-adeg dihilangkan baik untuk konsonan yang langsung mengikuti adeg-adeg ataupun yang dipisahkan oleh spasi (bukan satu kata).

2. Sebagian besar konsonan memiliki bentuk gabungan yang terletak di bawah karakter (dalam hal ini konsonan) sebelumnya. Bila hal ini dilakukan sebanyak dua kali makan akan terjadi tumpuk tiga.

3. Khusus untuk konsonan bentuk gabungan yang mendatar (gempelan) jika diikuti oleh adeg-adeg dan konsonan (otomatis konsonan berubah menjadi bentuk gabungan) maka tidak akan membentuk tumpuk tiga, jadi boleh ditulis seperti apa adanya saja.

4. Hanya tiga konsonan yakni ya, ra, dan wa yang boleh melakukan tumpuk tiga, di mana konsonan ya, ra, dan, wa menjadi konsonan ketiga.

5. Diakritik taling dan taling repa yang ditulis mengikuti konsonan peletakannya harus ditulis sebelum konsonan.

6. Konsonan Sa yang dibunuh dan diikuti konsonan Ca atau Sa Saga diganti dengan Sa Saga. Aturan tersebut berlaku dalam satu kata saja.

7. Konsonan Da yang dibunuh dan diikuti konsonan Nya diganti dengan Ja. Aturan ini juga berlaku hanya untuk satu kata.

Nah itu dia detikers penjelasan mengenai aksara Bali beserta sejarah, jenis-jenis, aturan dalam menulis, dan perbedaannya dengan aksara Jawa. Semoga artikel ini dapat membantu detikers dalam memahami aksara Bali, terutama mengetahui sejarah dan aturan menulisnya.




(ilf/row)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads