Ketika Lelaki Adat Padangbulia Lenggak-lenggok Menari 'Ngigel Desa'

Ketika Lelaki Adat Padangbulia Lenggak-lenggok Menari 'Ngigel Desa'

Made Wijaya Kusuma - detikBali
Kamis, 13 Okt 2022 09:15 WIB
Desa Adat Padangbulia, Buleleng, Bali, kembali menggelar tradisi ngigel desa atau tarian desa, Rabu (12/10/2022). Para lelaki di desa adat setempat tampak berlenggak-lenggok menari dengan gerakan yang tak teratur.
Desa Adat Padangbulia, Buleleng, Bali, kembali menggelar tradisi ngigel desa atau tarian desa, Rabu (12/10/2022). Para lelaki di desa adat setempat tampak berlenggak-lenggok menari dengan gerakan yang tak teratur. (Made Wijaya Kusuma/detikBali)
Buleleng -

Desa Adat Padangbulia, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali, kembali menggelar tradisi ngigel desa atau tarian desa, Rabu (12/10/2022). Para lelaki di desa adat setempat tampak berlenggak-lenggok menari dengan gerakan yang tak teratur.

Ribuan krama adat Padangbulia sudah berkumpul dan memadati Pura Desa setempat sebelum tradisi itu dimulai. Mereka menunggu krama negak untuk melakoni tradisi ngigel desa. Krama negak merupakan krama Desa Adat Padangbulia yang sudah turun medesa (tercatat sebagai masyarakat adat) atau sudah berkeluarga.

Krama negak tersebut hanya terdiri dari krama lanang (laki-laki). Mereka berias layaknya penari Bali, namun dengan kostum yang sangat klasik jika dibandingkan kostum tari Bali kekinian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika menari, mereka mengelilingi sebuah obor yang diletakkan di areal madya mandala. Diiringi alunan gamelan Bali, mereka menari dengan bebas. Tak ada pakem ketat terkait gerakan yang mereka tarikan. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang terkesan sangat kaku menari.

Bendesa Adat Padangbulia Gusti Nyoman Wisana mengatakan tradisi ini merupakan warisan dari leluhur masyarakat adat Padangbulia. Tradisi ini rutin dilaksanakan setiap dua tahun sekali, tepatnya saat pujawali desa sarin tahun di Desa Padangbulia.

ADVERTISEMENT

"Pada saat pandemic COVID-19, pujawali sarin tahun tidak dilaksanakan, saat itu pujawali hanya diikuti prajuru desa adat saja," kata Wisana saat ditemui, Rabu (12/10/2022).

Selain diikuti oleh krama negak, tradisi ngigel desa juga diikuti oleh para bungan desa. Mereka yang dimaksud sebagai bungan desa adalah Kelian Desa Adat dan Wakil Aparat Adat. Sebelum menarikan tarian ini, mereka sembahyang terlebih dahulu.

Usai sembahyang, prosesi dilanjutkan dengan melancaran. Melancaran sama artinya dengan mengelilingi desa. Menurut Wisana, tradisi itu dimaknai sebagai langkah untuk menuju prilaku yang baik.

"Tarian itu adalah suatu langkah menuju prilaku yang baik. Hal itu identik dengan bunyi gamelan yang kita gunakan. Gamelan yang kita gunakan hanya satu. Sehingga krama bisa dituntun untuk menuju kepada prilaku yang baik," pungkasnya.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads