Desa Adat Kapal kembali menggelar tradisi Aci Tabuh Rah Pengangon atau lebih dikenal perang atau siat tipat bantal, Senin (10/10/2022). Jro Bendesa Adat Desa Kapal I Ketut Sudarsana mengatakan tradisi Aci Tabuh Rah Pengangon merupakan ritual yang sangat sakral yang dipersembahkan terhadap Dewa Siwa yang merupakan manifestasi Tuhan untuk memohon kesuburan, energi dari desanya.
"Karena masyarakat dulu itu kan melempar bantal dianggap dirinya mesiat dengan tipat, padahal sarananya adalah tipat dengan bantal," jelasnya.
"Dan Aci Tabuh Rah Pengangon ini bukan semata-mata permainan masyarakat tetapi ini persembahan Desa Adat Kapal," lanjutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Rangkaiannya Aci Tabuh Rah Pengangon sendiri dimulai dengan penampilan Tari Rejang Tipat yang kini ditampilkan secara istimewa dengan menggunakan seragam penarinya. Sesudah itu dilanjutkan dengan perang antara istri dan suami yang berjumlah 33 orang.
Prasarana perang tersebut adalah ketupat dan kue bantal yang dalam kepercayaan Hindu melambangkan Purusa (sperma) dan Pradana (indung telur) yang saling dilemparkan dan jika keduanya dipertemukan akan melahirkan kehidupan baru.
Tahun ini menurut Ketut Sudarsana agak berbeda dibandingkan sebelumnya saat pandemi. Saat pandemi pihaknya menggelar secara tertutup dengan peserta yang terdiri dari hanya para prajuru desa.
Pantauan detikBali, nampak ratusan warga dari anak-anak hingga dewasa tumpah ruah berkumpul di Jalan Raya Kapal tepatnya di depan Pura Desa Lan Puseh Desa Adat Kapal untuk menyaksikan tradisi yang sudah digelar sebanyak 683 kali sejak tahun 1339 ini.
Tradisi Aci Tabuh Rah Pengangon merupakan tradisi unik yang terus menerus digelar setiap tahunnya di desa tersebut. Tahun ini tradisi yang sudah ditetapkan sebagai warisan tak benda oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Olahraga sejak tahun 2019 ini kini dipusatkan di Pura Desa dan Puseh Desa Adat Kapal.
Ada lima banjar yang dilibatkan dari 18 desa yang ada di desa Adat Kapal. Lima banjar tersebut antara lain Cepaka, Panglan Baleran, Panglan Delodan, Degadon dan Tambak Sari.
![]() |
Jero Bendesa mengungkap menurut kepercayaan tradisi Aci Tabuh Rah Pengangon pernah tidak dilaksanakan yaitu pada tahun 1944.
"Tahun 1944 itu kalau tidak salah pernah tidak dilaksanakan dan karena itu kan sedang perang kemerdekaan, di sini ada banyak penyakit diare, banyak yang meninggal," ungkapnya Jero Bendesa.
Karena itu, desa Adat Kapal mempercayai jika tidak dilakukan maka akan terjadi banyak penyakit di desanya.
(nor/iws)