Menengok Makepung Lampit, Adu Cepat Olah Sawah Jelang Tanam Padi

I Ketut Suardika - detikBali
Senin, 15 Agu 2022 04:34 WIB
Atraksi makepung lampit saat adu kecepatan di area persawahan warga Subak Peh Kajo, Desa Kaliakah, Kecamatan Negara Jembrana Bali, Minggu (14/8/2022). Foto: I Ketut Suardika
Jembrana -

Selain tradisi Makepung di darat dengan cikar atau juga disebut karapan sapi, sebagai ikon Kabupaten Jembrana, juga terdapat Makepung Lampit yang menjadi tradisi warisan leluhur yang hingga kini di lestarikan oleh warga Jembrana.

Seperti yang terpantau detikBali, pada Minggu (14/8/2022) siang. Sejumlah sekaa makepung lampit berkumpul di areal persawahan warga di Subak Peh Kajo, Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, Jembrana Bali, melakukan kegiatan latihan bareng yang dikolaborasikan dengan penghobi fotografer.

Menurut I Ketut Master (55) koordinator kegiatan, asal Desa Manistutu menuturkan tradisi makepung lampit merupakan warisan leluhur sejak dulu dan digelar di setiap menjelang subak tanam padi.



"Ini tradisi warisan leluhur. Jadi mekepung lampit ini salah satu ikon Jembrana. Kebetulan saya ini juga pewarih (generasi) yang ke 4 tradisi makepung lampit," kata Master saat ditemui detikBali di lokasi.

Konon, berdasarkan cerita dari kakek dan keluarganya bahwa makepung lampit dimulai dari sejak tahun 1918. "Ini terciptanya, konon tahun 1918. Ini saya keturunannya yang ke 4 dan kebetulan pelakunya semua keluarga seperti itu," ucapnya.

Menurut Master, makepung lampit bermula dari berdirinya subak Peh Kajo, dalam sistem pengolahan tanah. Ketika musim turun atau menjelang tanam padi di sawah ada istilah ngajakan atau gotong royong yang disebut melasah atau meratakan tanah.

"Melasah itu terakhir, sebelum menanam. Belum ada bego kan dulu pakai lampit seperti itu," ungkapnya.

Saat itu, kerbau berpasang pasangan diturunkan ke sawah untuk mengolah tanah sawah. Mulai dari proses membajak, kemudian dilanjutkan dengan proses melasah atau meratakan tanah yang disebut ngelampit karena menggunakan sepasang kerbau dan seperangkat lampit sebelum ditanami padi.

Dalam aktivitas gotong royong tersebut, para petani sangat bersemangat karena dilakukan dengan banyak petani. Sehingga timbul untuk saling adu cepat melasah atau ngelampit di saat tanah sawah mulai isi air, saling tarik kerbau agar lebih cepat. Sehingga munculah kegiatan saling lomba memacu kerbau.

"Saling adu cepat menyelesaikan garapan tanahnya. Sehingga munculah hiburan perlombaan makepung lampit sampai sekarang," katanya.

Sedangkan untuk makepung darat, kata Master, itu muncul setelah hasil panen sawah. Setelah panen, untuk mengangkut hasil panen petani menggunakan cikar atau gdebeg (cikar besar) yang dibawa beriring iringan saling susul. Sehingga muncul pula saling adu cepat antar cikar.

"Kalau makepung lampit munculnya sebelum menanam padi, makepung cikar setelah hasil panen," ungkapnya.

Master juga menambahkan, kegiatan latihan bareng ini juga sebagai bentuk pelestarian tradisi budaya warisan leluhur. Di samping untuk memeriahkan HUT RI ke 77 dan HUT Kota Negara ke 127. "Konsepnya kan hari kemerdekaan. Dengan potensi yang ada, akan menjadi brand Jembrana sebagai wisata tradisi budaya," pungkasnya.



Simak Video "Mengenal Makepung Lampit, Tradisi Adu Cepat Olah Sawah di Jembrana"

(nor/nor)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork