Tradisi Perang Pandan di Karangasem Tahun Ini Boleh Ditonton Langsung

Tradisi Perang Pandan di Karangasem Tahun Ini Boleh Ditonton Langsung

I Wayan Selamat Juniasa - detikBali
Sabtu, 11 Jun 2022 16:05 WIB
Tradisi mekare-kare atau perang pandan di Desa Tenganan Pegringsingan, Karangasem, Bali.
Tradisi mekare-kare atau perang pandan di Desa Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Karangasem, Bali. Foto: Istimewa
Karangasem -

Tradisi mekare-kare atau perang pandan yang ada di Desa Wisata Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali, tahun ini kembali bisa disaksikan langsung wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Sebelumnya, akibat pandemi COVID-19, selama dua tahun tradisi ini dilaksanakan secara tertutup.

Hal tersebut dikatakan Kelian Desa Adat Tenganan Pegringsingan, I Putu Yudiana saat ditemui, Sabtu (11/6/2022). Ia mengatakan, berdasarkan hasil rapat beberapa waktu lalu, diputuskan bahwa tradisi mekare-kare, tahun ini kembali bisa disaksikan para wisatawan.

"Untuk para wisatawan yang mau menyaksikan tradisi mekare-kare bisa datang pada Kamis (23/6/2022) dan Jumat (24/6/2022), tapi untuk pesertanya kami batasi dari luar, diutamakan masyarakat asli Desa Tenganan," kata Yudiana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, dari dulu tradisi mekare-kare ini setiap tahun selalu mampu menarik perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara. Tapi selama dua tahun terakhir, tradisi ini terpaksa dilaksanakan secara tertutup, bahkan masyarakat asli Desa Tenganan juga tidak bisa menyaksikannya secara langsung. Saat ini masyarakat Desa Wisata Tenganan Pegringsingan mulai melakukan segala persiapan, yang berkaitan dengan rangkaian tradisi mekare-kare.

"Mungkin masyarakat dari luar tahunya hanya saat dilaksanakan tradisi mekare-kare saja yang merupakan puncak dari serangkaian upacara usaha sambah, tapi sebenarnya jauh sebelumnya sudah dipersiapkan berbagai macam rangkaian upacara," kata Yudiana.

ADVERTISEMENT

Rangkaian dari tradisi mekare-kare sudah dimulai sejak Rabu (1/6/2022), yaitu mamiut atau memohon (matur piuning) di Pura Penataran Yeh Santhi, bahwa masyarakat Desa Wisata Tenganan Pegringsingan akan melaksanakan upacara besar. Setelah itu, pada tanggal (5/6/2022), dilaksanakan mati ombo sanghyang atau menyembelih satu ekor kerbau jantan.

"Dan mulai hari ini, Sabtu (11/6/2022), sampai puncak upacara nanti, para wisatawan biasanya sudah mulai berdatangan ke Desa Wisata Tenganan Pegringsingan, untuk melihat berbagai kegiatan yang dilakukan masyarakat berhubungan dengan rangkaian dari tradisi mekare-kare," ucap Yudiana.

Selain tradisi mekare-kare yang memang sudah terkenal sejak dulu, sebenarnya Desa Wisata Tenganan Pegringsingan juga memiliki ayunan jantra yang cukup unik karena bisa dinaiki 4-8 orang.

"Biasanya setelah selesai mekare-kare para deha atau anak perempuan akan bermain ayunan jantra ini dan jika maksimal diisi 4 orang harus 4 orang yang naik. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga keseimbangan, dan anak laki-laki bertugas untuk mengayunkan. Ayunan jantra ini memiliki makna bahwa seorang perempuan nantinya harus selalu siap jika berada di bawah maupun di atas," kata Yudiana.

Untuk diketahui tradisi mekare-kare atau perang pandan dilaksanakan setiap satu tahun sekali sesuai dengan kalender asli Desa Tenganan Pegringsingan dengan menggunakan senjata yang terbuat daun pandan dan juga dibekali dengan tameng. Tradisi ini dilaksanakan sebagai penghormatan terhadap Dewa Indra yang dipercaya sebagai dewa perang dan tradisi ini setiap tahunnya selalu digelar karena merupakan serangkaian dari usaba sambah yang ada di Desa Tenganan Pegringsingan.




(irb/irb)

Hide Ads