Makna Ngelawang Selama Hari Raya Galungan dan Kuningan

Makna Ngelawang Selama Hari Raya Galungan dan Kuningan

Chairul Amri Simabur - detikBali
Rabu, 08 Jun 2022 17:40 WIB
Anggota Sanggar Seni Ismaya saat melaksanakan tradisi ngelawang di wilayah Banjar Singin, Desa/Kecamatan Selemadeg, Tabanan.
Anggota Sanggar Seni Ismaya saat melaksanakan tradisi ngelawang di wilayah Banjar Singin, Desa/Kecamatan Selemadeg, Tabanan. (Foto: chairul amri simabur/detikBali)
Tabanan -

Perayaan Galungan dan Kuningan di Kabupaten Tabanan, Bali, tidak terlepas dari tradisi ngelawang. Tradisi ngelawang mudah dijumpai di pinggir-pinggir jalan atau lingkungan pemukiman warga, terutama saat Galungan dan Kuningan.

Seperti terpantau di beberapa tempat di Tabanan pada Hari Raya Galungan, Rabu (8/6/2022). Tradisi ini umumnya dilakukan oleh sekaa atau kelompok seni yang anggotanya adalah anak-anak. Saat ngelawang, mereka nyolahang atau menarikan barong yang diiringi gamelan.

Umumnya, tradisi ini dilakukan dengan menarikan Barong Bangkung (barong berwujud babi betina). Tapi beberapa sekaa di desa lain, misalkan di Banjar Singin, Desa/Kecamatan Selemadeg, Tabanan, mereka menarikan jenis Barong Kedengkleng atau Barong Landung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ngelawang sendiri berasal dari kata lawang yang berarti pintu. Itulah sebabnya, tradisi ini dilakukan dari rumah ke rumah.

"Ngelawang itu berasal dari kata lawang yang artinya pintu. Mereka yang ngelawang ini akan jalan dari pintu ke pintu," jelas Ketua Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Tabanan, I Wayan Tontra, Rabu (8/6/2022).

ADVERTISEMENT

Saat sekaa ngelawang menarikan barong di depan rumah warga, sang pemilik rumah biasanya menyerahkan punia atau sedekah kepada para penari dan penabuhnya.

Ia menjelaskan, ngelawang merupakan tradisi yang berakar dari adat dan budaya Bali yang dijiwai ajaran Hindu. Barong Bangkung yang ditarikan oleh dua orang saat ngelawang merupakan simbol kemakmuran dan kesejahteraan.

Tradisi ngelawang diyakini bisa menetralisir pengaruh negatif di rumah-rumah warga yang didatangi. Oleh karenanya, ngelawang juga diidentikkan dengan melakukan ruwatan dan diharapkan bisa mendatangkan kesejahteraan.

"Dengan harapan semua pengaruh negatif sirna, tidak lagi menghuni rumah itu. Kalau sudah hilang pengaruh-pengaruh negatifnya, jelas kesejahteraan dan kebahagian mengikuti," pungkas Tontra. (*)




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads