Kongco di Pura Batur-Kisah Cinta Raja Bali dengan Putri Tionghoa

Kongco di Pura Batur-Kisah Cinta Raja Bali dengan Putri Tionghoa

Sui Suadnyana - detikBali
Senin, 25 Apr 2022 09:01 WIB
Kongco di Pura Ulun Danu Batur.
Kongco di Pura Ulun Danu Batur. (Foto: Sui Suadnyana/detikBali)
Bangli -

Keberadaan berbagai pura sebagai tempat persembahyangan umat Hindu di Bali terbilang unik, salah satunya Pura Ulun Danu Batur.

Di dalam pura ini ini justru terdapat sebuah kongco yang lazimnya sebagai tempat beribadah umat Buddha.

Jero Mangku Sugi, pengayah di Kongco Batur mengatakan, keberadaan kongco di dalam Pura Ulun Danu Batur memang sudah terdapat dari zaman dahulu berkaitan dengan ajaran Siwa-Buddha.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akulturasi ini muncul setelah adanya pernikahan antara Raja Bali Jaya Pangus dengan putri Tionghoa, Kang Cing Wie.

"Jadi kultur tradisi budaya sudah ada di zaman Kerajaan Singamandawa di Pura Puncak Penulisan atau dikenal dengan (Pura) Panarajon. Di sana sudah mulai ada kultur sejarah, kultur budaya Buddha dengan Hindu. Karena di sana terjadinya perkawinan Raja Jayapangus dengan Ratu dari China bernama Kang Cing Wie," kata Jero Mangku Sugi kepada detikBali, Minggu (27/3/2022).

ADVERTISEMENT

Dari perkawinan Jayapangus dengan Kang Cing Wie tersebut, perkembangan tradisi atau akulturasi budaya Hindu dengan Buddha tidak bisa dilepaskan.

Salah satunya terbukti dari umat Hindu menggunakan uang kepeng yang lebih dikenal pis bolong (uang bolong) dalam setiap upacara atau piodalan.

"Apapun bentuknya, dari mulai membangun, mendem pedagingan, semua menggunakan pis bolong sampai melakukan yadnya. Karena hubungan itu sudah erat antara istilahnya bidang yadnya itu harus nyambung ya, ada bidang usaha perekonomian, juga ada juga unsur pertanian/perkebunan, di sana sudah jadi satu," tutur Jero Mangku Sugi.

Awalnya, kata Jero Mangku Sugi, keberadaan Pura Ulun Danu Batur berada di Kaldera Gunung Api Batur, tepatnya di pesisir Danau Batur. Saat Gunung Batur meletus, berbagai pratima pura tersebut dibawa naik ke atas oleh masyarakat. Sayangnya, Jero Mangku Sugi tak ingat betul tahun berapa peristiwa tersebut.

Akhirnya, pratima yang dibawa oleh masyarakat dari Kaldera Gunung Api Batur sempat disemayamkan atau distanakan di Pura Bale Agung Desa Bayunggede. Kemudian, barulah dibangun tempat di lokasi saat ini sebagai Penataran Pura Ulun Danu Batur.

"Sesudah tempat ini siap, areal suci ini sudah siap, baru dipendak (dijemput) ida bhatara dan kelinggihang driki (distanakan di sini)," kisah Jero Mangku Sugi kepada detikBali.

Adapun dewa yang distanakan di Pura Ulun Danu Batur yakni Ida Bhatari Dewi Danu. Sementara yang berstana di Kongco Batur yakni Ratu Gede Ngurah Subandar. Sebagaimana diketahui, Tuan Subandar sebagai pengusaha asal Tiongkok yang juga ayah dari Kang Cing Wie.

Sebagai manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Ida Bhatari Dewi Danu sebagai dewanya di bidang pertanian dan perkebunan. Dewi Danu merupakan penguasa Danau Batur yang airnya dipakai oleh masyarakat untuk mengairi lahan pertanian dan perkebunan. Sementara Ida Bhatara Ratu Gede Ngurah Subandar sebagai dewanya di bidang usaha dan perekonomian.

Jero Mangku Sugi mengisahkan, awalnya keberadaan Kongco Batur tidak dibangun di utama mandala Pura Ulun Danu Batur. Melainkan palinggih Ida Bhatara Ratu Gede Ngurah Subandar distanakan di jaba pura.

"Nah dulu sempat kongco ini sempat dibangun di jaba. Kemudian ada kerauhan/ketedunan dan nenten kalugra nangiang linggih ida bhatara di jaba. Ida mapica baos 'linggihang nira ring jeroan. Ring dije wenten batu mentik, ring drike linggihang tityang'," terangnya.

"Driki sampun, ring bawah kongco niki. Niki kalau di Buddha namanya kongco, kalau ring Hindu Niki gedong suci Ida, Ratu Gede Ngurah Subandar," imbuh Jero Mangku Sugi.

Pada akhirnya, dibangunlah tempat suci kongco tersebut sesuai petunjuk adanya batu yang tiba-tiba muncul dari dalam tanah. Jero Mangku Sugi mengungkap, setelah kongco dibangun, kehidupan masyarakat menjadi tentram.

"Setelah dibangun ini (kongco) mulailah tenteram (dan) damai kondisi umat kita, khususnya di daerah sini menyangkut ke Bali maupun nusantara merasakan kedamaian, kesejahteraan, ada kemajuan," tuturnya.




(kws/kws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads