PT BIBU Panji Sakti (BIBU) menandatangani memorandum of understanding (MoU) atau nota kesepahaman dengan tiga mitra demi mewujudkan pembangunan Bandara Internasional Bali Utara (BIBU Airport) di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Selasa (28/10/2025). Dua mitra di antaranya berasal dari Australia dan China.
Tiga perusahaan yang diajak bekerja sama adalah PT Powerchina Inteligensi dan Integritas Energi Teknologi Indonesia Company (afiliasi PowerChina), ClarkeHopkinsClarke Architects (CHC) asal Australia, dan PT Garuda Daya Pratama Sejahtera (GDPS) di bawah naungan Garuda Indonesia Group.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
MoU ditandatangani langsung oleh CEO Erwanto Sad Adiatmoko di kantor pusat BIBU, Kubutambahan. Hadir pula perwakilan ketiga mitra: Zeng Anzhi (Direktur PowerChina), Dean Landy (Co-Partner ClarkeHopkinsClarke), dan Cornelis Radjawane (Direktur Utama GDPS).
Acara penandatanganan turut disaksikan sejumlah penglingsir Bali yang tergabung dalam Paiketan Puri-Puri Se-Jebag Bali (P3SB), termasuk Cokorda Gde Putra Nindya dari Puri Peliatan, AA Ngurah Ugrasena dari Puri Agung Singaraja, dan AA Alit Kakarsana dari Puri Blahbatuh, Gianyar.
Bandara Internasional Bali Utara dirancang sebagai bandara berstandar global dengan konsep ramah lingkungan, ramah budaya, dan berbasis teknologi hijau, bernilai investasi sekitar Rp 50 triliun (setara US$3 miliar). Bandara ini ditargetkan mampu menampung 20 juta penumpang per tahun dan memiliki runway 3.600 meter, dengan target operasional pada tahun 2028.
"Kolaborasi ini memadukan keunggulan teknis, estetika, dan operasional penerbangan. Kami ingin Bandara Bali Utara dibangun dengan standar dunia, tapi tetap berakar pada budaya Bali," ujar Erwanto Sad Adiatmoko, CEO PT BIBU Panji Sakti.
Erwanto menjelaskan proyek Bandara Internasional Bali Utara diharapkan menjadi poros baru konektivitas udara Indonesia dan alternatif untuk mengurangi kepadatan Bandara Ngurah Rai di Denpasar. Bandara ini akan terintegrasi dengan kawasan aerocity, industri, energi bersih, dan ekowisata.
"Kami yakin Bali Utara akan menjadi wajah baru Bali yang inklusif dan berdaya saing global," ujarnya
Sebagai afiliasi PowerChina, PT Powerchina Inteligensi dan Integritas Energi Teknologi Indonesia akan bertanggung jawab atas sistem energi hijau dan smart microgrid bandara.
"Kami siap menghadirkan infrastruktur energi terbarukan dan penyimpanan baterai yang efisien. Ini bagian dari komitmen kami untuk mendukung transisi energi hijau Indonesia," kata Zeng Anzhi, Direktur PowerChina.
Sementara itu Firma arsitektur ClarkeHopkinsClarke (CHC) dari Melbourne akan menjadi konsultan utama desain aerotropolis Bandara Bali Utara. CHC akan memimpin tim International Design Collective (IDC) yang melibatkan Homa Group, Sharp Day, Meinhardt, serta mitra lokal Indonesia.
"Kami ingin menghadirkan desain yang menyatu dengan alam dan budaya Bali. Bandara ini akan menjadi simbol arsitektur tropis berkelanjutan yang membanggakan dunia," ungkap Dean Landy, Co-Partner CHC.
Sebagai bagian dari Garuda Indonesia Group, PT GDPS akan berperan dalam pengembangan manajemen SDM, layanan aviasi, dan teknologi operasional bandara.
"Kami siap mendukung pengelolaan SDM dan sistem layanan agar setara dengan bandara-bandara terbaik dunia," ujar Cornelis Radjawane, Direktur Utama GDPS.
Dukungan terhadap proyek ini juga datang dari tokoh masyarakat Bali. AA Alit Kakarsana dari Puri Blahbatuh menyebut pembangunan Bandara Bali Utara sebagai momentum penting bagi pemerataan pembangunan di Pulau Dewata
"Bandara ini bukan sekadar proyek infrastruktur, tapi simbol pemerataan, kebangkitan ekonomi lokal, dan penguatan identitas budaya Bali," ujarnya.
(hsa/hsa)











































