Menjaga Panel Surya Menerangi Rumah-rumah Warga

Ahmad Viqi - detikBali
Minggu, 19 Okt 2025 19:51 WIB
Foto: Suasana Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Sengkol yang terletak di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. (Ahmad Viqi/detikBali).
Mataram -

Terik matahari tepat pukul 14.30 Wita cukup menyengat di ubun-ubun. Siang itu suhu di area Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), mencapai sekitar 35 derajat Celsius.

Suhu panas nan menyengat siang itu tidak membuat Tarmuzi (33) mengeluh. Pria lulusan Universitas Mataram yang menjadi Technician Engineer di PLTS Sengkol tampak mondar-mandir memantau dua bawahannya, Suradim (35) dan Bakti Negara (32). Dua warga Desa Sengkol itu tengah fokus bekerja di lokasi PLTS dibangun. Mereka adalah field support yang bekerja membersihkan panel fotovoltaik (PV) di PLTS Sengkol.

Sebagai seorang teknisi, Tarmuzi memiliki kewajiban menjaga sinar matahari agar tetap menampar seluruh panel untuk diproduksi menjadi listrik agar bisa disalurkan ke rumah-rumah warga di Lombok Tengah.

"Kami setiap hari memantau dan bersihkan panelnya. Yang sering membuat produksi listrik berkurang selain mendung ya panel berdebu," cerita Tarmuzi ketika berbincang sambil memantau dua bawahannya, Kamis (16/10/2025).

Tarmuzi menuturkan untuk mencapai produksi puncak, modul-modul panel surya harus terus dicuci dan dibersihkan setiap hari oleh Suradim dan Bakti Negara. Total panel yang dibersihkan mencapai 21.560 unit. Waktu yang dibutuhkan sekitar satu bulan. Pembersihan dilakukan dengan disiram, dipel dan rumput di area bawah panel dipangkas.

"Panel-panel ini berdiri di lahan seluas 9 hektar. Kita mulai bersihkan minggu pertama dari sisi timur sampai sisi barat. Kalau tidak dicuci produksi listrik pasti akan turun," ujar pria yang memiliki dua anak itu.

Bersihkan Kotoran Burung

Selain cuaca mendung dan debu Tarmizi berujar, kotoran burung yang menempel di atas panel surya juga kerap menyebabkan produksi listrik dari seluruh panel menurun drastis.

"Selain cuaca, kotoran burung yang nempel di panel juga mengurangi produksi. Jadi kebersihan modul tetap kita jaga supaya produksi listrik kita semakin optimal," ujarnya.

Suradim dan Bakti Negara, field support atau petugas pembersihan panel tenaga surya di PLTS Sengkol, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. (Ahmad Viqi/detikBali).

Setiap hari, pembersihan panel-panel mulai dilakukan dari pukul 07.00 hingga pukul 17.00 Wita. Untuk membersihkan seluruh panel, Tarmuzi membagi peran dengan tiga bawahannya. Dua orang bertugas membersihkan panel dari debu dan kotoran burung, satu orang di membersihkan rumput di bawah panel.

Menurutnya, satu panel memiliki lebar sekitar 3,2 kaki dengan panjang 6,4 kaki itu bisa menyimpan listrik 325 Watt peak (Wp). Jika semua panel bisa memproduksi panas matahari menjadi listrik, maka listrik yang dihasilkan dari seluruh total panel tersebut bisa mencapai daya puncak 7 Megawatt (MW) setiap hari.

"Hari ini sedang dalam puncak produksi. Selain kami bersihkan, kami juga memeriksa sistem, kabel panel yang terhubung ke penyimpanan listrik. Rata-rata produksi listrik PLTS Sengkol ini mampu menghasilkan 5,4 MW setiap hari," jelas Tarmuzi.

Untuk memastikan panel tetap berfungsi menghasilkan listrik, dia bersama rekannya terus melakukan monitoring di dalam ruang pantau. Jika panel terjadi trouble, pasti akan terdeteksi dalam dalam ruang pantau di dekat pintu masuk PLTS Sengkol.

"Biasa ada gangguan itu karena kabel minta diganti karena sudah lama biar kembali bisa memproduksi listrik dengan baik," katanya.



Simak Video "Video: Awas! Panel Surya Ternyata Bisa Diretas"


(hsa/hsa)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork