Ekonomi Bali pada triwulan I 2025 tercatat tumbuh sebesar 5,52 persen, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang belum menembus angka 5 persen.
Perekonomian Bali triwulan I 2025 ini diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp 75,47 triliun, serta atas dasar harga konstan (ADHK) sebesar Rp 41,91 triliun.
Kepala BPS Provinsi Bali Agus Gede Hendrayana Hermawan mengatakan akselerasi pertumbuhan ekonomi Bali terbilang positif karena berhasil tumbuh lebih cepat dibandingkan nasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kinerja pertumbuhan ekonomi Bali akselerasinya lebih cepat dibandingkan nasional karena (pertumbuhan ekonomi) nasional nggak mencapai 5 persen dan Bali lebih dari 5,5 persen. Ini mungkin (karena) pendorongnya juga agak sedikit berbeda," ujarnya dalam rilis di BPS Bali, Senin (5/5/2025).
Sektor Pariwisata Masih Jadi Penopang Utama
Menurut Agus, pertumbuhan ekonomi nasional banyak ditopang sektor industri dan pengolahan, sedangkan Bali masih mengandalkan sektor pariwisata yang saat ini menunjukkan kinerja cukup baik.
Sumbangan terbesar terhadap total nilai tambah di Bali berasal dari lapangan usaha akomodasi dan makan minum sebesar 21,23 persen. Disusul sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 13,62 persen serta transportasi dan pergudangan sebesar 10,15 persen.
"Jadi, kontribusi sektor jasa masih cukup dominan dan sektor jasa yang paling dominan adalah akomodasi dan makan minum. Ini juga sejalan dengan perkembangan pariwisata yang memang merupakan motor penggerak ekonomi Bali," katanya.
Dari 17 kategori lapangan usaha, hanya industri pengolahan yang mencatatkan kontraksi sebesar 0,09 persen. Selebihnya, seluruh lapangan usaha mengalami pertumbuhan.
Ekonomi Bali Kontraksi Secara Triwulanan
Meski tumbuh secara tahunan, perekonomian Bali mengalami kontraksi bila dibandingkan dengan triwulan IV 2024. Agus menyebutkan ekonomi Bali menyusut 4,38 persen dengan nilai PDRB atas harga konstan sebesar Rp 43,83 triliun.
Menurutnya, tren ini biasa terjadi karena triwulan IV umumnya diwarnai peningkatan aktivitas ekonomi menjelang akhir tahun.
"Di triwulan IV biasanya ada peningkatan permintaan karena adanya liburan Natal, Tahun Baru, dan high season kepariwisataan. Kemudian ditambah lagi dengan dorongan konsumsi dari pemerintah yang biasanya belanjanya relatif tinggi di akhir tahun," jelasnya.
Konsumsi Rumah Tangga Jadi Motor Pertumbuhan
Dari sisi pengeluaran, hampir seluruh komponen mencatatkan pertumbuhan secara yoy pada triwulan I 2025, kecuali konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) yang justru terkontraksi hingga 19,04 persen.
Agus menambahkan, pertumbuhan tertinggi berasal dari pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 13,47 persen. Disusul ekspor luar negeri 6,51 persen dan konsumsi rumah tangga 5,31 persen.
"Pada triwulan I 2025 secara year on year pengeluaran konsumsi rumah tangga menjadi sumber pertumbuhan terbesar ekonomi Bali, yakni 3,08 persen," pungkasnya.
(dpw/dpw)