Libur Lebaran segera berakhir, namun Pasar Seni Sukawati di Gianyar, Bali masih ramai dikunjungi wisatawan domestik. Sayangnya, keramaian tersebut belum sebanding dengan peningkatan transaksi penjualan oleh-oleh.
Para pedagang mengaku pengunjung lebih banyak datang untuk melihat-lihat ketimbang membeli. Pembeli justru menurun dibandingkan Lebaran tahun lalu.
"Pembelinya lebih sedikit daripada Lebaran tahun lalu. Dulu itu naik sampai 50%, sekarang cuma sampai 30%," ujar salah seorang pedagang di sana, Mangku Sari, saat ditemui detikBali, Minggu (6/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebut para pedagang kalah bersaing dengan pusat oleh-oleh besar seperti Krisna. Rombongan wisatawan disebut lebih dulu mengunjungi pusat oleh-oleh tersebut sebelum ke Pasar Seni Sukawati.
Padahal produk yang ditawarkan Pasar Seni Sukawati cukup beragam, mulai dari pakaian santai dan adat, cemilan khas, souvenir, mainan tradisional, hingga kerajinan seperti lukisan dan pajangan kayu.
Mangku Sari bahkan membandingkan kondisi saat ini dengan sebelum COVID-19, yang menurutnya lebih ramai. Kini, pendapatan bersih hariannya hanya berkisar Rp 150.000.
Hal senada disampaikan Made Murni, penjual lukisan yang berjualan sejak 1991 di lantai dasar Blok A. Ia menyebut belum ada lonjakan berarti meski jumlah pengunjung meningkat.
"Mungkin nanti sorean ada yang beli. Yang jelas perekonomian saat ini lagi lesu. Tidak ada puncak keramaian orang belanja. Biasa-biasa saja. Lebihnya paling 5% (dari hari biasa)," ujarnya.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, Murni memilih pendekatan persuasif kepada calon pembeli. Ia membiarkan pengunjung melihat-lihat dan mengambil gambar, sembari memberikan kontak agar bisa dihubungi kembali jika berminat.
"Pembelinya kalau sekarang banyakan domestik. Ada juga dari hotel dan villa. Tapi tidak tentu juga ada yang membeli. Kadang tidak ada sama sekali," tambahnya.
Bersama suaminya, Murni menjual lukisan khas Bali dengan media kanvas dan cat minyak, yang tersedia dalam berbagai ukuran hingga dua meter. Penjualan kotornya saat ini diperkirakan mencapai Rp 5 juta per bulan.
Toko Oleh-oleh Modern Masih Jadi Primadona
![]() |
Sementara itu, toko oleh-oleh modern seperti Pabrik Kata-Kata Joger di Kuta justru kebanjiran pengunjung selama libur Lebaran.
Junior CEO Pabrik Kata-kata Joger, Armand Setiawan mengatakan, jumlah pengunjung meningkat drastis dibandingkan hari biasa.
"Kami tarik garis rata-rata ada sekitar 3.000 orang per hari saat H-1 (Lebaran) sampai H+4 (Lebaran). Kalau sekarang mungkin sudah di angka 2.000-an per hari," ungkapnya saat ditemui di Jalan Raya Kuta, Badung, Minggu (6/4/2025).
Mayoritas pengunjung berasal dari Pulau Jawa. Produk yang paling diminati adalah kaus dan sandal dengan kata-kata unik khas Joger.
"Paling murah sekitar Rp 10 ribu untuk gantungan kunci dan yang paling mahal di puluhan juta rupiah ada di patung-patung. Kalau kaos range harga di angka Rp 150 ribuan," jelasnya.
Pantauan detikBali di lokasi menunjukkan area penjualan kaos menjadi yang paling ramai dikunjungi. Pengunjung tampak antusias memilih kaos dengan beragam warna dan kata-kata lucu.
Salah satu pengunjung, Memet asal Surabaya, mengaku selalu menyempatkan diri ke Joger jika berlibur ke Bali.
"Untuk sementara saya beli baju. Kalau ke Bali kan nggak afdol kalau nggak ke Joger. Saya tertarik sama bahasa (yang dicantumkan di baju) dan kualitas bajunya," akunya.
Pengunjung lainnya, Siti Salsa dari Kudus, Jawa Tengah, juga memilih Joger sebagai destinasi oleh-oleh utama. Ia menilai harga dan kualitas produk di Joger sepadan.
"(Datang ke sini) Karena di sini kan terkenal bahannya halus, harganya juga worth it sama bahannya. Jadi, saya mau coba beli," ungkapnya.
(dpw/dpw)