Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Barat (NTB) mencatat jumlah penduduk miskin di wilayah tersebut berkurang sebanyak 50,41 ribu orang per September 2024. Persentase kemiskinan juga mengalami penurunan sebesar 11,91 persen. Konsumsi beras dan rokok masih memiliki andil terbesar penyumbang angka kemiskinan di NTB.
"Jadi, jumlah penduduk miskin di NTB per September 2024 mencapai 658,60 ribu orang," kata Kepala BPS NTB Wahyudin di kantornya, Rabu (15/1/2025).
Wahyudin menjelaskan, berdasarkan lokasi tempat tinggal, jumlah penduduk miskin di perkotaan selama periode Maret-September 2024 turun sebesar 29,8 ribu orang. Sementara itu, di pedesaan terjadi penurunan sebanyak 20,6 ribu orang.
"Persentase kemiskinan di perkotaan turun dari 12,86 persen menjadi 11,64 persen. Sementara itu, di pedesaan turun dari 12,95 persen menjadi 12,21 persen," jelas Wahyudin.
Dari data BPS NTB, sejumlah komoditas makanan memberikan kontribusi besar terhadap garis kemiskinan (GK) di perkotaan maupun pedesaan. Di antaranya, beras sebesar 26,22 persen di perkotaan dan 30,10 persen di pedesaan. Rokok kretek filter sebesar 7,47 persen di perkotaan dan 8,04 persen di pedesaan.
Telur ayam ras memberikan kontribusi 4,48 persen di perkotaan dan 3,52 persen di pedesaan. Selain itu, daging ayam ras menyumbang 4,16 persen di perkotaan dan 2,14 persen di pedesaan, serta daging sapi sebesar 3,75 persen di perkotaan dan 0,16 persen di pedesaan. Kemudian ada tongkol/tuna/cakalang 2,24 persen di perkotaan dan 2,77 persen di pedesaan.
Selain komoditas makanan, komoditas bukan makanan juga berpengaruh signifikan terhadap penurunan angka kemiskinan. Di antaranya perumahan (7,68 persen di perkotaan dan 9,23 persen di pedesaan), bensin (4,75 persen di perkotaan dan 4,10 persen di pedesaan), serta listrik (2,46 persen di perkotaan dan 2,25 persen di pedesaan).
Wahyudin menambahkan, beberapa faktor turut memengaruhi tingkat kemiskinan di NTB selama periode Maret-September 2024. Faktor-faktor tersebut meliputi pertumbuhan ekonomi domestik yang tetap kuat, dengan perekonomian NTB tumbuh sebesar 6,22 persen pada triwulan III 2024.
Selain itu, tingkat pengangguran terbuka turun menjadi 3,30 persen pada Agustus 2024. Peningkatan pengeluaran konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2024 sebesar 2,30 persen juga memberikan dampak positif.
Pada Agustus 2024 rata-rata upah buruh mengalami kenaikan dibandingkan Februari 2024, yakni dari Rp 2,31 juta menjadi Rp 2,36 juta. Kemudian faktor lainnya, ada penyaluran bansos sembako/BPNT sampai Desember 2024, yang disalurkan kepada 513.191 keluarga penerima manfaat (KPM) dengan nilai Rp 1,06 miliar.
"Pada September 2024, NTB mengalami penurunan persentase penduduk miskin tertinggi keenam di Indonesia," imbuh Wahyudin.
Simak Video "Video: Kejagung Mulai Selidiki Kasus Pengoplos Beras Premium"
(dpw/dpw)