Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Nusa Tenggara Barat (NTB) berkurang 4,03 ribu orang dibandingkan September 2024. Persentase kemiskinan pada Maret 2025 juga mengalami penurunan sebesar 11,78 persen, atau menurun 0,13 persen terhadap September 2024.
"Jadi, jumlah penduduk miskin di NTB per Maret 2025 mencapai 654,57 ribu orang," ungkap Kepala BPS NTB Wahyudin saat konferensi pers di kantornya, Jumat (25/7/2025).
Wahyudin merinci jumlah penduduk miskin di perkotaan selama periode September 2024 sampai Maret 2025 naik sebesar 14,94 ribu orang. Sedangkan, di pedesaan turun sebesar 18,97 ribu orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Persentase kemiskinan di perkotaan naik dari 11,64 persen menjadi 12,02 persen. Sementara itu, di pedesaan menurun dari 12,21 persen menjadi 11,51 persen," jelas Wahyudin.
BPS juga mencatat beberapa komoditas makanan yang berkontribusi besar terhadap garis kemiskinan di NTB. Antara lain, beras sebesar 26,72 persen di perkotaan dan 31,99 persen di pedesaan.
Kemudian, rokok kretek filter menyumbang garis kemiskinan terbesar kedua sebanyak 8 persen di perkotaan dan 5,50 persen di pedesaan. Telur ayam ras memberi andil 4,39 persen di perkotaan dan 3,20 persen di pedesaan.
Selanjutnya, daging ayam ras menyumbang kemiskinan 3,73 persen di perkotaan dan 2,25 persen di pedesaan. Cabai rawit andil 2,24 persen di perkotaan dan 2,98 persen di pedesaan.
"Disusul roti yang memberi andil 2,10 persen di perkotaan dan 2,41 persen di pedesaan," ujar Wahyudin.
Selain itu, komoditas bukan makanan juga berpengaruh signifikan terhadap penurunan angka kemiskinan di NTB. Termasuk perumahan 9,11 persen di perkotaan dan 11,72 persen di pedesaan. Bensin memberi andil 2,21 persen di perkotaan dan 2,39 persen di pedesaan.
Lalu ada pendidikan yang menyumbang 2,10 persen di perkotaan dan 1,26 persen di pedesaan. Sementara itu, listrik memberi andil 1,44 persen di perkotaan dan 1,03 persen di pedesaan.
Wahyudin membeberkan beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di NTB selama periode September 2024 sampai Maret 2025. Faktor-faktor tersebut meliputi pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan I 2025 yang mengalami kontraksi 1,47 persen.
Selain itu, kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan jagung per 1 Februari 2025 juga menjadi faktor lainnya. Diketahui, HPP gabah menjadi Rp 6.500 per kilogram dan HPP jagung pakan menjadi Rp 5.500 per kilogram.
Adapun, faktor rata-rata upah buruh pada Februari 2025 menjadi Rp 2.377.411. Jumlah tersebut meningkat 0,52 persen dari sebelumnya Rp 2.365.102.
"Penyaluran bansos sembako atau BPNT sampai Maret 2025 juga meningkat 3,54 persen dibandingkan September 2024. Dari target 505.565 Keluarga Penerima Manfaat (KPM), telah disalurkan kepada 496.778 KPM," tutur Wahyudin.
Simak Video "Video BPS Rilis Data Ketimpangan, Jurang Si Kaya-Si Miskin Masih Lebar"
[Gambas:Video 20detik]
(iws/iws)