Harga Cabai Merah di NTB Tembus Rp 100 Ribu/Kg, Dijamin Turun Saat Ramadan

Harga Cabai Merah di NTB Tembus Rp 100 Ribu/Kg, Dijamin Turun Saat Ramadan

Sui Suadnyana, Ahmad Viqi - detikBali
Senin, 13 Jan 2025 21:47 WIB
Kepala Dinas Perdagangan NTB, Baiq Nelly Yuniarti. (Ahmad Viqi/detikBali)
Foto: Kepala Dinas Perdagangan NTB, Baiq Nelly Yuniarti. (Ahmad Viqi/detikBali)
Mataram -

Harga cabai merah di pasar tradisional Nusa Tenggara Barat (NTB) tembus Rp 100 ribu per kilogram (kg). Harga itu diprediksi terus mengalami kenaikan selama cuaca buruk melanda musim tanam di NTB.

Kepala Dinas Perdagangan NTB, Baiq Nelly Yuniarti, mengatakan harga cabai melonjak di NTB dipengaruhi cuaca ekstrem.

"Kenapa tinggi, karena stok kita minim. Itu yang terjadi. Kami rencanakan impor dari Jawa, ternyata di Jawa juga minim," ujar Nelly, Senin (13/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nelly memastikan harga cabai di Pulau Lombok dan Sumbawa segera turun menjelang Ramadan 2025. "Mudahan di bulan Maret 2025 petani kita bisa panen ya," ujar Nelly.

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) NTB, Lalu Wirajaya, mengatakan harga cabai yang melambung tinggi saat ini banyak dikeluhkan masyarakat. Meski, di satu sisi, sebagian petani sedang menikmati keuntungan.

ADVERTISEMENT

Menurut Wirajaya, tingginya harga komoditas cabai dan tomat butuh keseimbangan. Sehingga harus dilakukan upaya-upaya jangka pendek maupun jangka panjang untuk mengatasi fluktuasi harga yang dipengaruhi cuaca.

"Kami meminta agar Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) NTB harus melakukan riset guna menghadirkan komoditas yang tahan terhadap cuaca. Setelah ada hasil riset terkait dengan komoditas unggulan, maka pemda perlu mengajak masyarakat untuk menanam benih tersebut agar mampu menjawab tantangan perubahan cuaca," ujar Wirajaya.

Wirajaya menilai Brida NTB perlu melakukan riset salah satu varietas yang tahan terhadap cuaca, hama dan lain sebagainya. Wirajaya menyarankan agar Brida NTB menggandeng para ahli pertanian dalam rangka penciptaan varietas yang tahan terhadap cuaca, hama, dan sebagainya.

"Kami (DPRD) akan siap mendukung berapapun biayanya asal jelas riset yang dilakukan. Ini karena masyarakat, utamanya petani, membutuhkan satu varietas yang tahan terhadap cuaca, hama, dan lain sebagainya dalam rangka menjaga ketahanan pangan dan produktivitas lahan," jelas Wirajaya.

Wirajaya mengatakan program pertanian yang berketahanan iklim menjadi isu yang perlu terus digaungkan pemda. Sebab, pembangunan pertanian tidak lagi banyak bergantung terhadap cuaca yang makin tak menentu.

"Jika komoditas makin unggul, maka fluktuasi harga kebutuhan masyarakat juga tidak akan ekstrem," tegas Wirajaya.

Harga cabai yang kembali sangat mahal dan kini menembus angka Rp 100 per kilogram itu dapat dijadikan sebagai pembelajaran bersama. "Ke depan kita harus mencari benih cabai yang tahan cuaca agar tak berdampak terhadap kelangkaan," ucap Wirajaya.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads