Tingkat hunian atau okupansi city hotel di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), terus menunjukkan peningkatan menjelang Tahun Baru 2025. Istilah city hotel merujuk kepada hotel yang berada di pusat kota besar atau daerah perkotaan.
Ketua Asosiasi Hotel Mataram (AHM), I Made Adiyasa Kurniawan, mengatakan okupansi city hotel di Mataram meningkat disebabkan banyaknya wisatawan yang memanfaatkan momen libur panjang di ibu kota NTB.
"Untuk tingkat hunian kamar atau okupansi di Kota Mataram jelang Nataru ada di angka 40-64 persen," ujar Adiyasa kepada detikBali, Jumat (27/12/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Okupansi city hotel di Mataram diprediksi terus meningkat hingga menjelang malam pergantian tahun. Sebab, berkaca dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, okupansi hotel di Mataram mengalami lonjakan signifikan menjelang akhir tahun.
"Semoga prediksi kami, di tanggal 29 okupansinya mulai naik sampai pergantian tahun. Semoga bisa 80 persen," harap Adiyasa.
Rata-rata tingkat hunian hotel di Mataram masih didominasi oleh hotel-hotel besar yang terletak di pusat kota. Sejumlah faktor menjadi penyebab larisnya hotel-hotel besar di Mataram.
"Kebanyakan hotel-hotel besar yang dapat tamu grup karena jumlah kamarnya banyak. Terlebih lagi, tidak ada kenaikan harga kamar juga di sana," jelas Adiyasa.
Berdasarkan data AHM, okupansi city hotel di Kota Mataram didominasi oleh wisatawan domestik maupun lokal. Situasi itu berbeda dengan di kawasan Senggigi, Lombok Barat, yang mayoritas diisi wisatawan asing.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) NTB, Jamaluddin Malady, menjelaskan tingkat hunian hotel di NTB secara keseluruhan diprediksi mencapai 85 persen menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025.
"Informasi yang kami dapat dari IHGMA NTB, persentase (okupansi) hotel-hotel di seluruh NTB mencapai 85 persen. Itu sudah bagus dan patut disyukuri karena banyak wisatawan menginap jelang Nataru ini," katanya kepada detikBali.
Menurut Jamal, pemesanan kamar hotel jelang Nataru tersebar di sejumlah titik di wilayah NTB, seperti Tiga Gili (Gili Trawangan, Gili Meno, Gili Air) di Lombok Utara, Senggigi di Lombok Barat, Kota Mataram, Mandalika di Lombok Tengah, serta Sumbawa.
"Harapan kami di penghujung tahun bisa di angka 90 persen, tetapi 85 persen saja sudah bagus. Angka tersebut sudah mampu meningkatkan perekonomian, mulai dari sektor penginapan di hotel, transportasi, UMKM hingga kuliner," jelas mantan Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman (Perkim) NTB tersebut.
(iws/iws)