Permintaan Minyak Tanah di NTT Diprediksi Naik 12,1% Jelang Nataru

Permintaan Minyak Tanah di NTT Diprediksi Naik 12,1% Jelang Nataru

Sui Suadnyana, Simon Selly - detikBali
Rabu, 18 Des 2024 22:34 WIB
Konferensi pers Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus soal persiapan Satgas Nataru 2024/2025 di Kota Kupang, NTT, Rabu (18/12/2023) malam. (Simon Selly/detikBali)
Foto: Konferensi pers Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus soal persiapan Satgas Nataru 2024/2025 di Kota Kupang, NTT, Rabu (18/12/2023) malam. (Simon Selly/detikBali)
Kupang -

Permintaan minyak tanah di Nusa Tenggara Timur (NTT) diprediksi naik 12,1% menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025. Pertamina Patra Niaga Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara (Jatimbalinus) memprediksi peningkatan permintaan minyak tanah di NTT akan terjadi mulai 16 Desember hingga 9 Januari 2025.

Hal ini disampaikan Area Manager Communication, Relations, and Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Ahad Rahedi, dalam konferensi pers persiapan Satuan Tugas (Satgas) Nataru 2024/2025 di Kota Kupang, Rabu (18/12/2024).

"Khusus untuk wilayah NTT, akan ada kenaikan permintaan minyak tanah sebesar 12,1% terkait (untuk) masak-memasak keluarga selama hari Natal dan malam Tahun Baru," jelas Ahad.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ahad mengungkapkan konsumsi minyak tanah di NTT saat ini mencapai 370 kiloliter (kl) per hari. Berdasarkan tingkat konsumsi itu, stok minyak tanah di NTT hanya dapat bertahan selama 4 hingga 8 hari jika tidak ada pengiriman tambahan dari luar.

Permintaan minyak tanah di NTT melebihi bahan bakar lain. Hal itu disebabkan kebiasaan masyarakat NTT masih menggunakan kompor minyak tanah untuk memasak. "Mereka belum beralih ke gas elpiji. Pada hari-hari normal, penggunaan minyak tanah tercatat sekitar 331 kiloliter per hari," tambah Ahad.

ADVERTISEMENT

Ahad juga mengungkapkan perbandingan penggunaan minyak tanah di NTT antara 2023 dan 2024. Menurutnya, penggunaan minyak tanah pada 2024 menunjukkan peningkatan antara 5 hingga 7 persen dibandingkan 2023.

"Tahun 2023 lalu (penggunaan minyak tanah) sebanyak 9.000 kiloliter. Tahun ini 9.600 kiloliter. Jadi ada peningkatan sekitar 600 kiloliter," terang Ahad.




(hsa/hsa)

Hide Ads