Hanggar baru di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali sudah resmi beroperasi. Fasilitas untuk Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) atau pemeliharaan, perbaikan, dan operasi pesawat itu menggunakan teknologi terkini yang ramah lingkungan.
"Untuk teknologi, semua yang kami pakai di atas (area dalam hanggar) ada namanya skylight (penerangan di hanggar pesawat) dan segala macam itu bagian dari teknologi ramah lingkungan," kata Direktur Utama Angkasa Pura Property Ristiyanto Eko Wibowo di sela acara peresmian Hanggar MRO Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Kamis (28/11/2024).
Eko mengatakan satu-satunya hanggar MRO di Bandara Ngurah Rai itu dikhususkan melayani pesawat ukuran sedang atau narrow body. Antara lain, semua pesawat Boeing seri 737 dan Airbus seri A230.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanggar MRO itu sendiri mampu menampung enam pesawat ukuran sedang. Dengan kapasitas enam pesawat ukuran sedang, mampu mempercepat proses perawatan, dan mengurangi ketergantungan pada layanan luar negeri.
"Jadi, pelayanan (perbaikan pesawat) apapun dapat dilakukan di sini. Termasuk perbaikan ringan maupun berat dari pesawat," kata Eko.
Presiden Direktur FL Technics Indonesia Martynas Grigas mengataka, hanggar itu menggunakan sejumlah peralatan MRO dengan teknologi terkini yang ramah lingkungan. Salah satunya, alat membawa dan memindahkan pesawat bernama Mototok Spacer 8600 NG yang diklaim ramah lingkungan.
Kemudian, ada juga sistem pengawasan atau monitoring system yang juga menggunakan teknologi terkini. Lalu, ada peralatan lain, termasuk sistem yang tidak menggunakan kertas sebagai media cetak untuk semua perangkat lunak yang dipakai.
Grigas mengatakan semua prosedur MRO pesawat itu dilakukan dalam standar waktu yang sudah ditentukan. Hal itu sudah menjadi prioritas di hanggar tersebut.
"Keamanan dan keselamatan adalah hal utama. Tidak bisa ditawar. Karena, bisa jadi ketika teknisi selesai melakukan perbaikan, dia lupa telah meninggalkan peralatannya di dalam mesin pesawat, misalnya," kata Grigas.
"Untuk mencegah itu, kami menggunakan teknologi terbaru. Kami juga pakai panel surya," imbuh Grigas.
Sekitar 500 pegawai yang mengoperasikan peralatan dan prosedur MRO pada enam pesawat. Sekitar 300 unit pesawat dari maskapai internasional yang dilayani dalam setahun atau enam pesawat dalam sekali pelayanan.
Adapun, permasalahan pada fisik pesawat bisa bervariasi. Prosedur yang dilakukan terbagi dalam dua tahap. Yakni C-check dan D-check. C-check dilakukan untuk memeriksa kondisi fisik pesawat. Sedangkan prosedur D-check, mencakup pemeriksaan yang lebih rinci.
"D-check itu sama seperti D-check. Hanya lebih detail. Jadi, badan pesawatnya dibongkar. Saat itulah, biasanya ditemukan permasalahan atau kerusakan di fisik pesawat. Hal itu wajib dan biasanya dilakukan dalam periode waktu tertentu. Setahun atau lima tahun sekali," jelasnya.
Grigas membeberkan total investasi hanggar untuk bangunannya saja menelan biaya Rp 150 miliar. Sedangkan, untuk peralatan dan teknologi lainnya, menelan investasi hingga US$ 70 juta.
Diberitakan sebelumnya, Bandara Internasional Ngurah Rai, Badung, Bali, punya hanggar atau garasi pesawat baru. Hanggar yang rampung pada September 2024 seluas 11 ribu meter persegi (m²) itu akan dijadikan tempat stan pameran Bali Airshow pada 18 September 2024.
(hsa/gsp)