Mantan Gubernur Bali Made Mangku Pastika menjadi salah satu sosok yang mendukung pembangunan Bandara Bali Utara di kawasan Kubutambahan, Buleleng. Ia mengakui memiliki lahan di dekat lokasi bandara yang akan dibangun dengan cara menguruk laut atau reklamasi itu.
Meski begitu, Mangku Pastika menampik dirinya mendukung pembangunan Bandara Bali Utara karena memiliki lahan di sana. Ia mengeklaim tidak mendapat aliran dana dari investor terkait pembangunan bandara baru itu.
"Saya diisukan mendukung karena ada lahan di sana. Saya tidak ada jual lahan kepada investor dan sepeser pun tidak ada aliran dana ke saya terkait pembangunan bandara," kata Pastika di Puri Agung Blahbatuh, Gianyar, Jumat (15/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pastika mengungkapkan dirinya mendukung pembangunan bandara di Buleleng demi pemerataan pembangunan antara Bali selatan dan Bali utara. Mantan Kapolda Bali itu menyebut dua investor pernah melirik kawasan Gerokgak di Bali barat sebagai lokasi pembangunan bandara baru.
Namun, dia berujar, lokasi di Gerokgak kurang representatif sebagai lokasi bandara karena memiliki banyak bukit. Walhasil, lokasi pembangunan bandara baru itu dipindahkan dari Gerokgak ke Kubutambahan.
"Ada lahan negara di Gerokgak seluas 600 hektare, rencananya itu menjadi investasi negara. Tapi ternyata tidak bisa, sehingga beralih ke timur dan dapatlah kawasan yang strategis yakni di laut (Kubutambahan). Saya suka konsepnya dan saya rekomendasi tahun 2017 saat menjabat Gubernur Bali," imbuh Pastika.
Pastika mengeklaim berbagai aspek telah dipertimbangkan saat dirinya mengeluarkan rekomendasi pembangunan Bandara Bali Utara saat masih menjabat sebagai Gubernur Bali. Menurutnya, pembangunan bandara dengan cara reklamasi di perairan Kubutambahan memungkinkan dilakukan karena tidak merusak biota laut.
"Semua aspek sudah dipertimbangkan, karena kawasan yang akan digunakan tidak ada terumbu karangnya dan merupakan laut bebas, sehingga aman," kata Pastika.
Ia mengaku tertarik dengan konsep pembangunan bandara tersebut karena akan menggunakan sumber listrik dan air mandiri. Selain itu, lahan warga dan situs-situs suci di daratan menurutnya juga tidak terdampak pembangunan bandara.
"Tidak ada tanah warga atau adat yang terjual. Namun, jika ada yang termanfaatkan, itu sistemnya kerja sama," ujar Pastika.
Berdasarkan kajian yang dipelajarinya, Pastika menyebut penumpang Bandara Bali Utara nantinya akan melayani maksimal 3 juta penumpang dalam setahun. Dengan begitu, dia berujar, bandara tersebut cocok menjadi landasan khusus untuk kargo agar pengembalian dana investasi juga bisa lebih cepat.
"Sepertinya menunggu gubernur Bali terpilih dulu, baru di sana mulai prosesnya," pungkasnya.
Sebelumnya, Presiden Direktur PT BIBU Panji Sakti, Erwanto Sad Adiatmoko Hariwibowo, mengungkapkan proyek Bandara Bali Utara murni menggunakan dana swasta tanpa anggaran pendapatan belanja negara (APBN) dan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) Bali. Ia menargetkan satu runway Bandara Bali Utara bisa beroperasi pada 2027.
"Investornya dari perusahaan China, Chang Ye Construction Group, dengan nilai kerja sama US$ 3 miliar atau Rp 50 triliun," kata Erwanto.
Nantinya, Erwanto berujar, akan ada pembagian penerbangan antara Bandara Ngurah Rai dengan Bandara Bali Utara. Bandara Bali Utara disiapkan sebagai prioritas untuk long flight. Sehingga, pesawat-pesawat penerbangan dari dan ke luar negeri bakal lebih banyak di Bandara Internasional Bali Utara.
"Domestiknya nanti ke selatan (Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai)," ujar Erwanto.
(iws/hsa)