Sentra pengolahan sarang burung walet di depan Bandara Internasional Lombok (BIL), Desa Penujak, Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), sepi peminat. Baru satu pelaku usaha yang masuk ke lokasi yang rampung dibangun pada 2022 itu.
Bangunan yang dibuat dari dana alokasi khusus (DAK) dengan total anggaran sekitar Rp 7 miliar ini belum dapat dimanfaatkan karena minimnya bahan baku. Pelaku usaha sulit menyerap bahan baku dari petani atau pemanen sarang walet karena harganya tinggi.
"Walet ini kan produk langka dan mahal, makanya kami agak kesulitan untuk mengembangkan. Ada kemarin dari orang Cina yang mau melihat aktivitas di sana. Tapi kami belum siap, karena itu kendalanya," kata Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perdagangan Lombok Tengah, Baiq Yuliana Sapriani, kepada detikBali, Selasa (23/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Yulia, saat ini pihaknya sudah memberikan salah satu pelaku industri kecil dan menengah (IKM) sebagai pengelola bangunan tersebut. Hanya saja kata dia, operasi yang dilakukan mereka belum maksimal karena terkendala bahan baku.
"Sekarang itu sudah ada yang kelola. Kami sudah kasih SK untuk mengelola sentra walet itu. Itu kan ada pencucian, terus aktivitas di sana," ujarnya.
Ia mengatakan aktivitas di sana saat ini baru hanya ada pencucian sarang burung walet dan pengolahan minuman dari sarang burung walet saja. Namun itu juga tak berkembang karena terkendala bahan baku.
"Seharusnya di sana minimal lima IKM yang masuk, tapi sekarang baru satu IKM yang masuk di sana. Industri kami tidak sebanyak olahan makanan, tidak sebanyak olahan kerajinan. Nah kalau industri olahan walet ini kan terbatas, karena bahan bakunya mahal," bebernya.
Pemerintah sudah menyediakan seluruh peralatan yang dibutuhkan oleh IKM, mulai dari alat pencucian dan pengolahan sehingga produk siap dijual. Bahkan, Disprindag juga akan membantu IKM untuk mengurus legalisasi usahanya.
(dpw/dpw)