Kemenparekraf Ingin Buka Bioskop-bioskop Murah Tahun Depan

Kemenparekraf Ingin Buka Bioskop-bioskop Murah Tahun Depan

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Sabtu, 01 Jun 2024 20:19 WIB
Direktur Industri Kreatif Musik, Film dan Animasi Kemenparekraf RI Mohammad Amin Abdullah di Denpasar, Bali, Sabtu (1/6/2024).
Foto: Direktur Industri Kreatif Musik, Film dan Animasi Kemenparekraf RI Mohammad Amin Abdullah di Denpasar, Bali, Sabtu (1/6/2024). (Ni Made Lastri Karsiani Putri/detikBali)
Denpasar - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mendorong agar terbentuknya pilot projects Bioskop Alternatif pada 2025. Bioskop bertarif murah ini akan dibuka di perpustakaan, kantor pos, creative hub, hingga museum.

Direktur Industri Kreatif Musik, Film dan Animasi Kemenparekraf, Mohammad Amin Abdullah, menjelaskan masih diperlukan kajian lanjutan untuk mewujudkan pilot projects tersebut. Mulai dari studi kelayakan hingga mau atau tidaknya para produsen film untuk filmnya diputar di bioskop alternatif. In mengingat harga tiketnya yang akan lebih murah dibandingkan di bioskop pada umumnya.

"Kalau memang bioskop-bioskop (seperti) XXI (market penontonnya) adalah menengah ke atas, (di bioskop alternatif) ini akan mengambil ke menengah ke bawah. Jadi, misalnya dengan (tiket) Rp 20 atau Rp 25 ribu," katanya saat ditemui di Jalan Raya Puputan Nomor 210 Denpasar, Bali, Sabtu (1/6/2024).

Amin menuturkan dengan hadirnya bioskop alternatif maka lama hidup film menjadi lebih panjang. Film-film yang masa tayangnya sudah selesai di bioskop konvensional akan diputar di bioskop alternatif. Menurutnya, hal itu menjadi keuntungan bagi industri perfilman di Indonesia.

"Misalnya, sekarang (jumlah penontonnya) tertinggi ada film KKN di Desa Penari dengan 10 juta, itu nanti bisa (naik) sampai 20-30 juta penonton kalau memang dia sampai jatuh ke bawah (ditayangkan di bioskop alternatif). Terus film Agak Laen yang 9,1 juta mungkin bisa sampai 27 juta atau tiga kali lipat," beber Amin.

Hadirnya bioskop alternatif juga salah satunya sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan jumlah penonton dengan jumlah sinema dan layar yang tersedia saat ini.

"Jumlah sinema di Indonesia sekarang 500-an, jumlah layar 2 ribuan, dan jumlah layar yang kita butuhkan 10 ribuan untuk begitu banyaknya populasi Indonesia," ungkapnya.

Amin menyatakan sejauh ini belum ada negara lain yang menerapkan bioskop alternatif. Dia optimistis bioskop alternatif dapat terwujud mengingat geografis Indonesia yang luas. Dia pun berharap bioskop alternatif dapat dikelola secara pentahelix.

"Kami harap pemerintahan ini betul-betul melihat ekonomi kreatif sebagai jawaban sosial ekonomi untuk bonus demografi," tandas Amin.


(hsa/hsa)

Hide Ads