Putu Rio Aditya Sinartha (24), pengusaha muda asal Kabupaten Jembrana, Bali, menghadirkan inovasi tak kalah menarik. Ia membuat alat musik pukul hapi drum atau happy drum.
Happy drum buatan Rio tak hanya dipasarkan di berbagai art shop di Bali, tetapi juga merambah ke berbagai negara, seperti Amerika, Australia, Swiss, dan Kolombia. Kegigihan Rio dalam mengembangkan usahanya membuahkan hasil luar biasa.
Awal mula ide pembuatan happy drum muncul saat pandemi COVID-19. Rio yang terinspirasi dari hadiah happy drum dari seorang warga negara (WN) Australia memutuskan mencoba membuatnya bersama sang ayah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya karena pandemi, saya menganggur. Dari situ, saya terinspirasi untuk membuat happy drum bersama ayah saya. Negara asal alat musik pukul ini memang tidak saya ketahui, yang jelas dari Eropa yang digunakan untuk menenangkan diri atau beryoga," ungkap Rio kepada detikBali, Minggu (26/5/2024).
Perjalanan pembuatan Happy drum tak selalu mulus. Rio dan ayahnya sempat menemui berbagai kendala, seperti nada belum sesuai dan harga alat pres yang mahal. Namun, tekad mereka tak pernah padam. Rio merancang sendiri alat pres agar lebih murah.
"Banyak rintangan, tetapi kami terus belajar dan berinovasi. Berkat bantuan wisatawan asing, kami menemukan komposisi bahan dan cara pembuatan yang tepat," papar Rio.
![]() |
Happy drum bukan sekadar alat musik biasa. Rio menjelaskan happy drum memiliki konsep yang terinspirasi drum kayu atau cajon, tetapi dengan material besi. Bunyi unik dihasilkan dari getaran jari atau telapak tangan saat memukul bagian 'lidah' happy drum.
"Uniknya lagi, kita bisa menyetel panjang dan bentuk 'lidah' sesuai keinginan dan kebutuhan suara. Selain dipukul menggunakan jari langsung, happy drum juga dapat dipukul menggunakan stik pukul," imbuh Rio.
Berbagai suara unik dapat diciptakan dengan mengubah bentuk 'lidah' happy drum, tergantung teknik pukul dan bagian tangan yang digunakan. Nada atau suara happy drum memiliki karakter macam bunyi bel berlapis, menghasilkan harmoni bell yang dibunyikan secara bersamaan.
Keunikan happy drum buatan Rio terletak pada perhitungan dimensi yang presisi dan menghasilkan bunyi yang harmonis. Tak hanya satu jenis nada, happy drum Rio dapat menghasilkan nada lain sesuai keinginan.
Rio saat ini memproduksi 800 happy drum per bulan di sebuah bengkel Desa Pohsanten, Kecamatan Mendoyo, Jembrana. "Puncak produksi terjadi saat pandemi. Banyak orang yang berdiam diri di rumah dan happy drum ini bisa menjadi alat musik yang menenangkan," ujar Rio.
Usaha happy drum Rio kini telah menembus omzet antara Rp 300 juta sampai Rp 400 juta per bulan. Kesuksesan Rio menjadi contoh bagi generasi muda saat ini untuk selalu berusaha dan jangan takut mengambil risiko.
"Jangan mudah menyerah dan teruslah berinovasi. Untuk anak muda, khususnya di Jembrana, jangan takut untuk mengambil risiko, keluarlah dari zona nyaman, dan mulai membangun usaha," pesan Rio
(hsa/iws)