Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Bali pada Februari 2024 sebanyak 1,86 persen. Persentase jumlah TPT Februari 2024 turun dibandingkan Februari 2023 sebesar 3,73 persen.
"Dari grafik terlihat Bali merupakan provinsi dengan penurunan tingkat pengangguran terbuka terbesar di Indonesia," kata Kepala BPS Bali Endang Retno Sri Subiyandani di kantornya, Senin (6/5/2024).
Endang menjelaskan TPT merupakan indikator untuk mengukur tenaga kerja yang tidak terserap pasar tenaga kerja. TPT di Bali jauh di bawah angka nasional yang sebesar 4,82 persen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika dibandingkan secara nasional, TPT Bali berada pada posisi terendah kedua setelah Papua Pegunungan," ujar Endang.
Menurut daerah tempat tinggal, TPT di perkotaan di Bali pada Februari 2024 tercatat 1,9 persen. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan daerah pedesaan sebesar 1,8 persen.
Kemudian jika dilihat menurut jenis kelamin, TPT laki-laki pada Februari 2024 tercatat sebanyak 1,69 persen. Angka itu lebih rendah dibandingkan dengan TPT perempuan 2,07 persen.
Endang menerangkan penduduk usia kerja di Bali pada Februari 2024 tercatat sebanyak 3,51 juta orang. Dari penduduk usia kerja tersebut 2,71 juta orang di antaranya merupakan angkatan kerja.
Menurutnya, tidak semua angkatan kerja tersebut terserap di pasar kerja. Tercatat sebanyak 50,68 ribu menjadi pengangguran.
"Jumlah pengangguran ini pun menurun 51,14 ribu orang jika dibandingkan dengan kondisi Februari 2023. Sejalan dengan pemulihan aktivitas pariwisata pascapandemi COVID-19, jumlah pekerja penuh dalam artian mereka bekerja minimal 35 jam seminggu mengalami peningkatan," jelasnya.
Menurutnya, berdasarkan hasil Sakernas Februari 2024, tiga lapangan pekerjaan dengan penyerapan tenaga kerja paling banyak di Bali masih pada perdagangan besar dan eceran sebesar 19,54 persen. Kemudian pertanian, kehutanan, dan perikanan 19,29 persen, serta industri pengolahan 16,40 persen.
Kemudian, jika dilihat komposisi pekerja di Bali menurut status pekerjaan utamanya, dari total 2,66 juta orang penduduk yang bekerja, 46,44 persen didominasi pekerjaan dengan status buruh, karyawan atau pegawai. Sementara itu, status pekerja dengan jumlah terendah tercatat pada pekerja pertanian 1,65 persen.
Menurut Endang, berdasarkan status pekerjaan utama, penduduk bekerja dapat dikategorikan menjadi kegiatan formal dan informal. Berdasarkan Sakernas Februari 2024, ada 49,66 persen pekerja di Bali sebagai pekerja formal.
Pekerja formal pada Februari 2024 meningkat 4,16 persen dibandingkan dengan Februari 2023. Jumlah itu didorong oleh peningkatan pekerjaan berstatus buruh, karyawan atau pegawai.
"Peningkatan proporsi pekerja formal ini mengindikasikan membaiknya pada ketenagakerjaan, walaupun masih sedikit lebih rendah dibandingkan sebelum kondisi pandemi COVID-19 yaitu Februari 2020. Namun, sudah membaik dan mengalami peningkatan," ujarnya.
Endang juga menjelaskan, pada Februari 2024, penduduk bekerja masih didominasi oleh pekerja berpendidikan SD ke bawah, yaitu sebesar 29,99 persen. Kemudian dari 2,66 juta penduduk Bali yang bekerja, sebesar 19,37 persen di antaranya berpendidikan tinggi atau diploma dan universitas.
Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Energi Sumber Daya Mineral (Disnaker ESDM) Provinsi Bali Ida Bagus Setiawan menjelaskan tantangan terkait tenaga kerja di Bali dari sisi kompetensi.
"Banyak yang masih mayoritas lulusan SD dan ini jadi tantangan sebenarnya kita semua di Bali untuk bagaimana meningkatkan tidak hanya kompetensi secara formal, secara informal juga (ditingkatkan)," sebutnya.
Pengangguran di Karangasem Capai 8.600 Orang
Angka pengangguran di Kabupaten Karangasem berdasarkan data BPS di akhir 2023 mencapai 8.600 orang atau 2,61 persen dari 330.100 orang angkatan kerja atau yang sudah siap kerja dengan rentan usia 15 tahun ke atas.
Kepala BPS Karangasem I Ketut Mondai mengatakan angka pengangguran di Karangasem cukup rendah dibandingkan dengan kabupaten lain di Bali. Bahkan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, angka pengangguran di Karangasem mengalami penurunan.
"Tahun 2022 angka pengangguran di Karangasem sekitar 3,09 persen. Sedangkan tahun 2023 hanya 2,61 persen. Artinya menurun sebanyak 0,48 persen," kata Mondai, Senin (6/5/2024).
Mondai mengatakan pengangguran di Karangasem saat ini diduga karena banyak masyarakat yang terlalu memilih pekerjaan. Terutama mereka yang memiliki pendidikan SMA/SMK serta Sarjana.
Menurutnya, pekerjaan yang tersedia tidak sesuai dengan upah atau pendidikan yang mereka miliki. Selain itu, juga masih kurangnya lowongan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian masyarakat di Karangasem saat ini sehingga cukup banyak masyarakat yang memilih bekerja ke luar.
"Sedangkan untuk masyarakat yang memiliki pendidikan SMP ke bawah, biasanya kerja apapun mereka mau, yang penting punya pekerjaan, entah menjadi petani, pedagang atau buruh proyek," ujar Mondai.
Sementara, dari 321.500 yang telah memiliki pekerjaan, sebanyak 26,80 persen bekerja di sektor pertanian, 21,15 persen di sektor industri, dan 20,54 persen di sektor perdagangan. Sedangkan sisanya berada di sektor lain.
Sedangkan jika dibandingkan sesuai dengan pendidikannya, sebanyak 65,12 persen pekerja di Karangasem pendidikannya merupakan SMP ke bawah dan hanya 34.88 persen pekerja yang pendidikannya SMA ke atas.
Menurut Mondai, hal tersebut memberikan gambaran pekerja di Karangasem kebanyakan termasuk pekerja dengan kualitas pendidikan dasar. Kondisi itu juga diduga akan berdampak kepada penghasilan atau upah yang mereka terima juga kecil sehingga angka kemiskinan di Karangasem cukup tinggi.
(dpw/dpw)