Risma Menangis di Gianyar, 'Ngomel' Sebut Kerajinan Warga Jelek di Karangasem

Round Up

Risma Menangis di Gianyar, 'Ngomel' Sebut Kerajinan Warga Jelek di Karangasem

Tim detikBali - detikBali
Rabu, 27 Mar 2024 07:45 WIB
Mensos Risma menangis melihat pengusaha siap rekrut penyandang disabilitas bekerja, Gianyar (26/3/2024). (foto : Putu Krista/detikBali).
Foto: Momen Mensos Risma (tengah) menangis terharu ketika melihat disabilitas bekerja di pusat oleh-oleh, Gianyar, Selasa (26/3/2024). (Putu Krista/detikBali)
Gianyar -

Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Gianyar dan Karangasem, Bali, Selasa (26/3/2024). Dua ekspresi berbeda ditunjukkan Risma di dua lokasi kunjungan. Risma menangis saat di Gianyar, lalu sedikit 'mengomel' di Karangasem.

Risma mendatangi Krisna Oleh Oleh Bali di Desa Blangsinga, Blahbatuh, Gianyar, dalam agenda kerjanya. Dia ditemani oleh pengusaha Bali yang juga pemilik Krisna, Gusti Ngurah Anom alias Ajik Krisna.

Risma mengantarkan produk-produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang mengikuti program Pahlawan Ekonomi Nusantara (Pena) Kementerian Sosial (Kemensos).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Momen Risma Menangis

Momen Risma menangis terharu terjadi saat dia melihat para pekerja disabilitas yang bekerja di Krisna. Apalagi, saat ini Krisna saat ini sedang menyiapkan usaha produksi yang 100 persen mempekerjakan penyandang disabilitas. Hal itu melebihi ekspektasi Kementarian Sosial (Kemensos) yang hanya menyarankan pengusaha untuk menampung 20 persen disabilitas dari total 100 persen karyawan.

"Saya tahu biasanya saya terkenal marah-marah, kali ini saya sangat terharu ternyata mereka (penyandang disabilitas) mendapat tempat layak untuk bekerja dengan keterampilan yang terdidik di tempat ini. Bahkan pihak pelaku usaha ini sedang menyiapkan tempat usaha khusus yang semuanya adalah disabilitas," ujar Risma sambil meneteskan air mata.

ADVERTISEMENT

Risma mengaku sulit mendapatkan pelaku usaha yang mau mengajak disabilitas untuk bekerja. Sebab, mempekerjakan disabilitas memang tidak mudah jika hanya semata-mata demi mengejar keuntungan tanpa ada pertimbangan sosial.

"Mereka sering merasa direndahkan dengan keterbatasannya. Untuk itu Kemensos terus mendorong dengan berbagai program hingga bekerja sama dengan pelaku usaha," imbuh menteri dari PDI Perjuangan (PDIP) itu.

Tidak saja urusan bekerja, Risma melanjutkan, penyandang disabilitas sudah merasa kesulitan ketika bersekolah. Bahkan, tak jarang mereka juga menderita di tengah keluarganya sendiri karena dianggap aib.

"Ini bukan aib dan kenyataan yang harus diterima dan bagaimana ke depan agar tidak diragukan dalam hal urusan pekerjaan," tutur mantan Wali Kota Surabaya itu.

Ada 70 Pekerja Disabilitas

Sementara, pemilik Krisna Oleh Oleh Bali, Gusti Ngurah Anom, mengatakan saat ini ada 70 orang disabilitas yang bekerja di perusahaannya. Jumlah tersebut segera bertambah menjadi 100 orang yang saat ini sedang proses rekrutmen.

"Untuk usaha yang 100 persen difabel karena saya melihat dari yang 70 orang ini sangat rajin bekerja. Bahkan, saya akui mereka lebih rajin dari karyawan normal, mereka fokus bekerja," beber pria yang populer dengan sapaan Ajik Krisna itu.

Rencananya, para pekerja disabilitas ditempatkan di unit usaha produksi Pie Susu Ajik yang satu lokasi dengan pusat oleh-oleh di Blangsinga, Gianyar.

"Yang 70 itu kami pindahkan ke usaha khusus dengan pekerja difabel, kemudian sisanya kami tambah lagi biar menjadi 100. Usaha lain dengan produk sama kami lihat nanti siapa yang lebih rajin bekerja, 2025-2026 siap berjalan," beber Ajik Krisna.

Dia juga mengaku perusahaannya tidak menuntut banyak syarat untuk rekrutmen pekerja disabilitas. "Sepanjang tidak cacat fisik berat dan masih mampu bekerja pasti kami terima, selain prioritas Gianyar, juga siap merekrut dari kabupaten atau kota di lain di Bali," tandas salah satu crazy rich dari Bali itu.

Sebut Anyaman Warga Jelek dan Tak Rapi

Menteri Sosial Tri Rismaharini melontarkan kritikan menohok saat berkunjung ke Desa Tumbu, Kabupaten Karangasem, Bali. Dia menyebut anyaman pandan warga di sana jelek dan tak rapi.

"Ini saya bicara jujur. Kualitasnya jelek dan nggak rapi, nggak ada menariknya," kata Risma saat berkunjung ke sentra pelatihan pembuatan hotel dari anyaman tikar pandan di Karangasem, Selasa (26/3/2024).

Risma menegaskan, seharusnya warga di sana bisa membuat kerajinan atau anyaman yang lebih bagus. Kerapian dan detail juga harus diperhatikan agar produk yang dihasilkan bisa bernilai jual lebih tinggi.

"Jika produknya seperti ini, harga jualnya juga murah dan keuntungannya kecil. Jadi, harus diubah agar lebih menarik lagi, supaya harga jualnya tinggi," kata Risma.

Menteri Sosial Tri Rismaharini saat melihat kerajinan tas yang terbuat dari anyaman pandan di Karangasem, Bali.Menteri Sosial Tri Rismaharini saat melihat kerajinan tas yang terbuat dari anyaman pandan di Karangasem, Bali. (Foto: I Wayan Selamat Juniasa/detikBali)

Sementara terkait dengan pelatihan pemberdayaan masyarakat pembuatan sandal hotel, hasilnya sudah lumayan bagus walaupun baru mulai berlatih dalam pembuatannya. Tapi kerapian tetap harus menjadi salah hal utama supaya produk yang dihasilkan dapat menarik pembeli sehingga bisa bersaing dengan produk lainnya.

"Selain kerapian, kecepatan juga harus dilatih, supaya dalam satu hari bisa menghasilkan produk yang banyak. Supaya penghasilan para perajin juga banyak dan keuntungannya juga banyak," ujar Risma.

Risma juga berjanji akan membantu permodalan dan pemasaran bagi produk sandal hotel yang dihasilkan oleh para perajin di Desa Tumbu. Jadi para perajin diharapkan semangat dalam berlatih supaya bisa menjual produk yang banyak dan sukses nantinya menjadi pengusaha.

Tanggapan Kepala Desa

Perbekel (Kepala Desa) Desa Tumbu sekaligus pemilik kerajinan yang dikritik oleh Menteri Risma, I Kadek Oki Wirianta, mengaku senang produknya dikritik langsung oleh menteri. Dia bisa berbenah untuk menghasilkan produk yang lebih baik lagi untuk ke depannya.

"Tadi dibilang kurang rapi dan kurang menarik produk saya, nanti coba saya buat yang rapi dan menarik. Bahannya juga akan saya gunakan yang kualitasnya lebih bagus. Kalau yang sekarang masih kualitas standar," kata Oki.

Salah seorang perajin yang ikut mengikuti pelatihan, Ni Made Ardani mengaku senang bisa ikut pelatihan. Rata-rata ia bisa membuat satu pasang sandal hotel dalam waktu sekitar 15-25 menit.

Walaupun baru mulai proses belajar. Dia berharap nanti bisa diberikan modal usaha supaya para perajin bisa membuat kerajinan di rumah masing-masing.




(hsa/gsp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads