Penjualan ogoh-ogoh salah satu kelompok perajin di Kota Denpasar, Gases Bali, telah merambah pasar global sejak 2007. Salah satunya, yakni pasar Belgia.
Salah satu pemilik Gases Bali, Ketut Indra Wijaya, menjelaskan usaha keluarganya ini telah dimulai sekitar tahun 1996. Selain mendapatkan pesanan dari dalam Bali dan luar negeri, setiap tahunnya pihaknya juga rutin mendapatkan pesanan dari luar Bali.
"(Permintaan ogoh-ogoh di tahun ini) Lumayan. Tahun ini kami ada 68 permintaan, sudah termasuk ke luar Bali. Ke luar Bali saat ini sekitar 12 ogoh-ogoh dengan ukuran 3 meteran," ungkap pria berusia 31 tahun ini saat ditemui di Jalan Dukuh Sari, Denpasar, Bali, Minggu (3/3/2024).
Permintaan dari luar Bali tersebut berasal dari Sulawesi, Riau, Bintara, Jakarta, Kupang, dan Kalimantan. Sementara permintaan dari luar negeri untuk tahun ini nihil.
"Sebelum COVID-19 (permintaan) hampir 100 lebih untuk di Bali dan keluar Bali. Tahun lalu sekitar 40an. (Permintaan di 2023) menurun itu karena kan baru mulai bangkit (perekonomiannya)," ujar Ketut.
Ketut menjelaskan pihaknya membanderol harga yang bervariasi, tergantung dengan ukuran hingga model ogoh-ogoh. Mulai dari Rp 1,5 juta hingga Rp 10 juta.
Sementara harga ogoh-ogoh tertinggi yang pernah diterima, yakni Rp 15 juta dengan tinggi sekitar 7 meter. Serta dengan model raksasa sejenis Rahwana.
Menurutnya, dalam pembuatan ogoh-ogoh ini bisa melibatkan hingga enam orang lebih. Untuk ogoh-ogoh berukuran 1 meter dapat diselesaikan sekitar dua hari.
"(Pemesanan) Kadang-kadang ada yang minta segera atau H-3 Pengerupukan. Tapi, kalau ke luar Bali biasanya mereka pesan jauh-jauh hari, satu bulan atau paling telat dua minggu sebelumnya karena proses (pengiriman) di perjalanan," akunya.
Ketut menyebut hingga kini tak mengalami kendala berarti dalam pembuatan ogoh-ogoh.
Simak Video "Video: Pemenang Parade Ogoh-ogoh Terbaik di Kasanga Festival 2025"
(nor/nor)