Sidak Beras SPHP di Klungkung, Agen Kepergok Menjual Harga di Atas HET

Sidak Beras SPHP di Klungkung, Agen Kepergok Menjual Harga di Atas HET

Putu Krista - detikBali
Jumat, 02 Feb 2024 12:25 WIB
Tim Monitoring Ketahanan Pangan PemkabΒ Klungkung menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah penjual beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), Jumat (2/2/2024). (Foto: Putu Krista/detikBali)
Tim Monitoring Ketahanan Pangan PemkabΒ Klungkung menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah penjual beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), Jumat (2/2/2024). (Foto: Putu Krista/detikBali)
Klungkung - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klungkung menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah penjual beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Sidak tersebut menyasar agen dan pengecer yang bekerja sama dengan Perum Bulog sebagai distributor beras subsidi.

"Ada temuan kami, sebuah mini market menjual beras SPHP di atas harga eceran tertinggi (HET). Mereka menjual Rp 56 ribu untuk satu sak (5 kg), jauh di atas harga HET Rp 54.500," kata Kepala Bidang (Kabid) Ketahanan Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Klungkung, Luh Ketut Eka Susanti , Jumat (2/2/2024).

Eka mengatakan hasil sidak menemukan sebagian besar penyalur beras SPHP kehabisan stok sejak dua pekan terakhir. Ada pula pedagang besar yang masih memiliki stok beras SPHP kurang dari 100 kilogram (kg).

Hasil temuan saat sidak, Eka melanjutkan, langsung sampaikan kepada Bulog. Menurutnya, kerja sama antara Bulog dengan penjual beras subsidi yang menjual dengan harga yang tidak sesuai ketentuan bisa terancam diputus.

Sejumlah penjual beras subsidi di Klungkung mengaku belum dihubungi oleh pihak Bulog untuk mengambil beras yang mulai menipis. Hanya satu agen yang memiliki stok beras SPHP mencapai 1 ton, yakni agen di Jalan Rama Klungkung.

Salah seorang agen beras SPHP di Klungkung, Luh Sri Erawati, mengatakan dirinya mengambil beras dari Bulog Klungkung, Denpasar, dan Bangli. Ia mengaku sudah dua pekan kehabisan stok beras bersubsidi itu.

"Harga jual saya tetap sesuai aturan Rp 54.500, tapi kadang Rp 55 ribu. Lebihnya itu adalah ongkos angkut bukan harga berasnya," tutur Sri.

Sri biasanya mendapat jatah 2 ton beras dalam sekali pengambilan. Belakangan, ia paling banyak mendapat jatah 1,5 ton. "Kami juga ambil sendiri ke Bulog dan tidak diantarkan ke toko," kata Sri.

Sementara itu, Kabag Perekonomian dan Sumber Daya Manusia (SDM) Setda Klungkung I Nyoman Susanta tak menampik harga beras mengalami kenaikan di Gumi Serombotan. Ia mengakui hal itu juga mendorong harga beras jenis lainnya turut meningkat.

Susanta menegaskan pemantauan akan terus dilakukan untuk menghindari pedagang nakal yang berpotensi menyembunyikan stok beras SPHP. "di Klungkung ada 39 mitra program SPHP yang mengambil langsung ke gudang setelah melakukan pembayaran," pungkasnya.


(iws/dpw)

Hide Ads