Agenda 5th Ministerial Meeting of AIS Forum atau pertemuan menteri-menteri di Nusa Dua, Badung, Bali menghasilkan tujuh perjanjian kerja sama. Pertemuan tersebut dihadiri menteri dan pejabat dari 30 negara serta tiga organisasi internasional.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia Retno Marsudi menjelaskan tujuh perjanjian kerja sama tersebut di antaranya, dokumen strategis peta jalan karbonisasi sektor pariwisata dan dokumen strategis emisi karbon biru di seluruh dunia.
"Ketiga, letter of intent cooperation for nature marine peace park between Timor Leste and Indonesia (kerja sama taman laut perdamaian dengan Timor Leste). Yang keempat statement of intent and joint research agreement dengan University of Malta (kerja sama penelitian dengan Universitas Malta)," terang Retno, Selasa (10/9/2023).
Perjanjian selanjutnya, pembangunan AIS Research and Development Center di Imperial College London, nota kesepahaman (MoU) antara Unpad IPB dan University of Toliara Madagascar, dan statement of intent joint strategic program between AIS Forum and MSG (program strategis bersama antara AIS Forum dan MSG).
Retno sudah melakukan pertemuan khusus dengan dua negara. Yakni, dengan Deputi Perdana Menteri Tonga dan Fiji.
"Kami membahas mengenai kerja sama bilateral dan juga kerja sama dalam konteks AIS dan juga dalam konteks kawasan yang lainnya. Setelah ini saya masih akan melakukan pertemuan dengan NG Carbo Verde dan juga Solomon Island," terangnya.
Retno menuturkan hasil dari pertemuan hari ini akan disampaikan pada pertemuan tingkat tinggi pada Rabu (11/9/2023) besok.
Dalam pertemuan tersebut juga akan dibahas mengenai draft leaders declaration yang akan dipimpin oleh Presiden Joko Widodo.
"Background dan relevansi dari AIS Forum ini bagi Indonesia merupakan perwujudan, komitmen Indonesia sebagai negara kepulauan dan negara maritim," urai Retno.
Sebagai negara kepulauan terbesar, Retno menjelaskan, Indonesia berkomitmen untuk berada di garda depan dalam upaya menghadapi tantangan bersama.
"Kami tahu negara-negara kepulauan adalah negara yang paling rentan. Perlu sebuah forum yang inklusif yang difokuskan untuk mencari solusi yang inovatif menghadapi berbagai tantangan luar tersebut. Sekaligus mendorong SDGs nomor 14 yang terkait dengan laut," beber Retno.
(hsa/gsp)