Musim kemarau panjang yang terjadi sejak beberapa bulan terakhir mengancam produksi durian di Kabupaten Tabanan, Bali, jelang akhir tahun ini.
Kemarau panjang membuat bunga dan bakal buah banyak yang layu serta kering. Kondisi ini berpotensi mengakibatkan risiko gagal buah.
Keadaan ini rata-rata dialami para petani kebun durian di Desa Mundeh Kangin, Kecamatan Selemadeg Barat sejak beberapa bulan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada kekhawatiran gagal buah karena kemarau panjang ini. Banyak bunga yang hangus sehingga gagal buah," ungkap Perbekel Desa Mundeh Kangin I Gede Yudja Artana, Kamis (28/9/2023).
Ia menyebut dampak kemarau panjang kali ini sangat besar pengaruhnya terhadap hasil panen. Idealnya, bunga durian mendapat siraman air hujan agar rontok alami dan bisa berkembang menjadi bakal buah.
"Banyak yang hangus. Harusnya kena hujan biar bunganya rontok alami," sebut Yudja.
Hampir sebagian besar penduduk di Desa Mundeh Kangin memiliki kebun durian. Di antaranya, kelompok tani Merta Harum dan Tunas Merta yang luasnya mencapai seratus hektare.
"Rata-rata warga kami punya durian. Selain yang lokal ada juga yang mengembangkan durian premium. Tapi, untuk yang premium belum waktunya berbunga," ungkap Yudja.
Menurutnya, selain karena dampak kemarau yang panjang, risiko gagal buah juga dipengaruhi kerusakan pipa distribusi air dari embung yang ada di desa tersebut. Pipa tersebut rusak akibat banjir bandang beberapa waktu lalu.
"Pemerintah desa sudah berusaha membantu lewat anggaran perubahan. Mudah-mudahan ini nanti bisa membantu mencukupi kebutuhan air petani," ujar Yudja.
Dampak kemarau panjang kali ini, Yudja melanjutkan, berpengaruh juga terhadap harga durian. Khususnya durian lokal yang saat ini sedang memasuki masa berbunga.
"Yang sudah panen ada beberapa bulan lalu. Tetapi harganya lumayan (mahal) karena stoknya sedikit. Untuk lokal tergantung ukuran. Kalau besar Rp 40-50 ribu. Kalau yang sedang Rp 30 ribuan. Yang kecil sekitar Rp 15 ribuan," tandasnya.
(hsa/hsa)