Wilayah tersebut masuk zona Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kopi Arabika dan Robusta, bersama wilayah Kintamani dan selatan Buleleng. Meski robusta dan arabika sudah jadi entitas khas Badung utara, pengembangan kopi varietas baru tetap dilakukan petani di desa-desa Kecamatan Petang ini.
Pengembangan varietas ini menghasilkan jenis tanaman kopi anyar yang dinamai kopi jenis Arob, yaitu perpaduan kopi arabika dan robusta. Meski begitu, sebetulnya keberadaan varietas yang tengah diteliti ini sudah ada sejak puluhan tahun, namun potensinya baru diketahui sejak awal 2014.
Pengembangan varietas Arob ini getol dilakukan salah seorang petani milenial, I Wayan Slamet, warga Dusun Bon, Desa Belok/Sidan, Kecamatan Petang, Badung. Ia bagian dari segelintir orang yang mau merawat eksistensi kopi di Badung.
Bukan sekadar penamaan baru hasil kombinasi dua varietas arabika dan robusta, kopi Arob memang melahirkan karakter lain hasil kawin silang secara alami. Pria 47 tahun ini menyebutkan perawatan bibit Arob yang berlangsung sejak 23 tahun silam ini sudah mulai dilirik untuk dijadikan ketetapan varietas baru.
"Pada Juni 2023 baru-baru ini para peneliti bahkan dari Dinas Pertanian sudah datang ke kebun kami untuk mengecek dan mengamati seperti apa kopi yang disebut jenisArob ini. Ada rencana ditetapkan sebagai varietas lokal Badung dinamaiArob di Bon," tuturWayanSlamet, Sabtu (22/7/2023).
Luas Kebun Kopi Arob 1.797 Hektare
Di wilayah setempat, jenis Arob tidak banyak ditemui lantaran belum banyak yang mengembangkan. Varietas kopi Arob disebut Slamet lahir secara alami dari proses kawin silang, yakni pembuahan dari serbuk sari ke putik. Sehingga bisa disebut langka alias minim jumlah tanamannya.
Data di Dinas Pertanian dan Pangan Badung, luas perkebunan kopi di Gumi Keris tercatat mencapai 1.797,82 hektare dengan sebagian besar jenis arabika dan robusta. Produksi kopi Badung sudah diakui sebagai specialty grade yang mampu tembus pasar internasional.
"Pohon Arob saja terdapat 5.000-7000 pohon di Banjar Bon. Sebetulnya Arob ini bukan tanaman baru, tapi hasil yang tidak sengaja berkembang di tempat kami kalau tidak salah 23 tahun lalu. Itu hasil dari tanam kopi arabika dan sekitar lahan kopi robusta. Kami menduga ada kawin silang," terang Slamet.
Diminati di Pasar Eropa, Jepang, hingga Arab
Perbedaan jenis kopi, lanjut Slamet, baru diketahui setelah ada beberapa pohon yang tumbuh mengadopsi karakteristik mix antara arabika dan robusta. Baik itu dari sisi batang dan perakaran lebih kuat, tahan hama, dan rasa kopi menjadi lebih enak dari arabika yang sudah ada di daerah itu.
"Di tahun 2014 lalu mulai kami kaji dengan beberapa kali eksperimen pasca panen. Kami lakukan uji coba rasa dan kualitas secara umum. Ternyata rasa asam lebih muncul, dan aroma buah lebih tinggi. Menurut kami rasanya kompleks akibat dari proses olah, paduan dua varietas dan kondisi lahan," beber pria yang hanya lulus SD ini.
Kemudian pada 2016 lalu, Slamet mulai berani mengembangkan varietas ini ke tahap produksi pasca panen. Kopi ini lambat laun mendapat tempat di pasar luar negeri, seperti Jepang, China, hingga Arab. Bahkan pasar Eropa mulai meminati kopi ini.
Slamet mulai menerapkan metode olah kopi berdasarkan eksperimen sesuai pesanan pasar. Mulai dari proses olah secara natural, washed process atau wet process melibatkan proses fermentasi biji antara 24-36 jam, termasuk menerapkan honey ataumiel process. Yaitu proses mempertahankan secuil daging buah yang ditinggalkan melekat dengan biji kopi sebelum proses jemur.
Tak Banyak Dikembangkan
Menurut Slamet, proses pasca panen kopi Arob belum menemui kendala yang amat berat. Namun, jumlah tanaman yang terbilang minim ini akibatkan produksi belum maksimal memenuhi permintaan pasar yang tinggi. Perluasan jenis Arob juga terkendala alih tanam dari kopi ke komoditas lain seperti jeruk hingga sayur.
"Padahal pesanan kopi Arob di luar negeri luar biasa. Baik itu China, Jepang, bahkan Dubai kami kewalahan menerima. Selain pohon, kami terbatas alat olah kopi terutama mesin depulper (pengupas). Padahal di Bon ini, kami olah kopi nggak sembarangan. Spesial sekali dengan eksperimen sesuai pasar ingin," sebutnya.
Soal jumlah produksi, Slamet tidak mematok secara pasti tiap bulannya. Sebab masa panen kopi, ia katakan hanya satu tahun sekali. "Kami sudah mengatur dalam satu kali proses produksi kami siapkan kopi 1-3 ton bahkan 10 ton. Khusus pasar Jepang kami siapkan single varietas yakni Arob khusus," tukasnya.
(nor/nor)