Para pemilik rental motor di Kabupaten Badung, Bali, mengeluhkan kehadiran penyewaan motor yang diduga dikelola oleh turis asing. Pasalnya, mereka kalah saing, sehingga lapaknya kerap sepi lantaran tarif yang dipatok terkesan lebih mahal.
Tak tanggung-tanggung, murahnya rental motor yang diduga dikelola oleh WNA bisa mencapai 40 persen dari tarif sewa di rental motor lokal. Bahkan, selisihnya disebut sampai Rp 2 juta.
"Menurut saya ini perang tarif karena harga mereka tidak masuk akal, jauh di bawah. Mereka bisa menyewakan motor sampai Rp 1,5 juta-Rp 2 juta bergantung jenis motornya," ujar Putu Hendra Sanjaya, pemilik rental motor di kawasan Canggu, Badung, Jumat (3/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, menurut Hendra, harga sewa yang dipatok rental motor di Bali sudah sesuai dengan harga pasar. Termasuk juga menghitung biaya operasional dan biaya perawatan kendaraan.
Para pemilik rental yang tergabung dalam Perhimpunan Rental Motor (PRM) Bali sudah menyepakati besaran tarif sewa tersebut.
"Ya, kalau untuk harga itu biasanya mendekati antara rental satu dengan yang lain. Misalnya, harga Rp 3,4 juta, Rp 3,6 juta. Itu sudah biaya operasional, perawatan, gaji karyawan dan lain-lain. Kalau ada yang sewa Rp 1,5 juta paling murah memangnya dapat (untung)?" ketus Hendra.
Ia tidak menampik sejak akhir tahun rental miliknya sepi. Malah, turis asing yang menyewa dari Hendra memutuskan mengembalikan motor yang disewanya karena mendapat motor sewaan lebih murah.
"Ini sama saja seperti penjajahan," kata pria asal Desa Tibubeneng, Badung ini.
Penasihat Perhimpunan Rental Motor (PRM) Bali I Made Wira Atmaja sebelumnya menyebutkan penetapan tarif sewa kendaraan sudah disepakati oleh antar anggota di PRM.
Misalkan, tarif sewa motor N-MAX di rental lokal untuk pelancong asing adalah Rp 3,5 juta sampai Rp 4,5 juta per bulan.
Sementara, rental motor milik turis asing bisa menawarkan harga sewa lebih murah, yaitu Rp 2 juta dari tarif rental lokal. "Mereka mematikan pergerakan usaha warga lokal," keluh Wira Atmaja.
"Laporan kawan-kawan kami dan penelusuran kami memang mereka (rental motor milik turis asing) bergerak di media sosial, khususnya Telegram. Mereka berkomunikasi dan tawar-menawar ke sesama komunitas warga asing di Bali lewat grup Telegram itu," ungkapnya.
Maraknya turis asing yang bekerja di Bali tengah menjadi sorotan. Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Bali menilai turis asing yang bekerja ilegal merupakan bentuk penjajahan era modern.
Ketua DPD Konfederasi SPSI Bali I Wayan Madra mengatakan WNA pekerja ilegal akan jadi bumerang bagi warga lokal. "Ini kan penjajahan yang berperang dengan tidak menggunakan senjata namanya," tutur Madra, Selasa (28/2/2023).
(BIR/iws)