Turis Mulai Ramai tapi Toko-toko di Kuta Masih Sepi Pembeli

Turis Mulai Ramai tapi Toko-toko di Kuta Masih Sepi Pembeli

Triwidiyanti - detikBali
Selasa, 27 Sep 2022 16:38 WIB
Kondisi toko-toko di kawasan Jalan Legian Kuta, Badung pasca pandemi Covid-19.
Foto: Toko-toko suvenir di Jalan Legian, Kuta, Badung, Selasa (27/9/2022). (Triwidiyanti/detikBali)
Badung -

Seiring kondisi pariwisata yang berangsur-angsur pulih, toko-toko di kawasan Jalan Legian, Kuta, Badung mulai buka, meski belum 100 persen. Toko-toko pakaian dan suvenir khas Bali tersebut juga mulai kedatangan pembeli.

Namun, beberapa bangunan toko, dari pantauan detikBali Selasa (27/9/2022) banyak yang kondisinya terbengkalai dan tidak terawat. Tertera tulisan dikontrakkan atau house of rent.

Sesekali nampak segelintir turis asing berjalan di trotoar Jalan Legian. Mereka asik menikmati kudapan. Padahal sebelum pandemi Covid-19 melanda, kawasan Jalan Legian, Kuta selalu nampak ramai dan dipadati sejumlah wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Belakangan muncul kabar berkurangnya turis di kawasan Kuta, disebut-sebut para turis lebih senang berlibur di kawasan Canggu, Kuta Utara, Badung.

Wayan Manis, pedagang suvenir seperti lukisan, tas, dan baju Bali mengaku tokonya setiap hari masih sepi. Menurut dia, salah satu alasan Kuta terbilang sepi kemungkinan para turis memilih ke Canggu.

ADVERTISEMENT

"Ya Canggu ramai, beda dengan di sini kalau di sini sepi sekali, jualan aja gak dapat untung," tukas Wayan Manis yang asli Banjar Pengabetan, Kuta itu saat ditemui detikBali di tokonya di kawasan Jalan Legian, Kuta, Badung, Selasa (27/9/2022).

Pedagang yang sudah berjualan selama 15 tahun di kawasan Kuta ini mengaku pasca pandemi omzetnya turun hingga 50 persen. Dulu sebelum pandemi omzet hariannya katanya minimal dapat Rp 500 ribu hingga Rp 2 juta.

"Sekarang ya normal kayak sebelum pandemi kisaran Rp 500 ribu juga sih tapi gak tiap hari tergantung rezekinya," ungkap dia.

Meski diakuinya pada waktu pertama tokonya buka pada Agustus 2022 lalu omzet dagangnya mencapai Rp 2 juta. Namun kini meski sudah tak ramai seperti dahulu, ia bersyukur kini sudah ada pemasukan.

"Saya sudah bisa bernapas dalam artian pengeluaran ada terus pemasukan juga ada," tandasnya.

Hal yang sama dikatakan Made Erni, pedagang patung antik dari Kintamani, Bangli ini saat ini kondisi tokonya benar-benar sepi pasca pandemi.

"Saya baru buka 3 bulan setelah pandemi. Penjualan setelah pandemi pun sepi sekali. Sehari - hari belum tentu dapat, bahkan sekarang 5 hari gak dapat," keluhnya.

Pantauan detikBali, nampak berderet patung-patung yang ia jual yang merupakan karya seniman di Ubud, Gianyar. Patung kecil, katanya dibanderol kisaran Rp 20 ribu - Rp 100 ribu. Pada saat sebelum pandemi, ia mengaku dapat meraup keuntungan hingga Rp 1 juta.

"Sekarang buka agar barang tidak berjamur dan saya tidak berani bilang tamu datang. Hari ini sepi yang nanya aja gak ada," keluhnya.

Menurutnya, sangat susah menjual patung karena tidak semua pengunjung menyukai patung.

"Berbeda dengan jualan baju pasti ada aja yang beli," tandasnya.




(hsa/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads