Harga mie goreng instan di Denpasar mengalami kenaikan Rp 500 per pieces.
Terkait kenaikan harga, Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali, AA Ngurah Agung Agra Putra memastikan tidak akan menyebabkan panic buying.
"Mie bukan bapokting dan melainkan barang subtitusi dari makanan pokok kita. Sepertinya tidak akan sampai ada panic buying di masyarakat," terang AAN Agung Agra Putra, Rabu (10/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, jika memang benar nantinya harga mie instan melonjak tinggi, masyarakat akan beralih mencari substitusi produk gandum dan dampaknya bisa saja tidak terlalu terasa mengingat makanan pokok masyarakat adalah nasi.
"Tetapi, untuk yang kali ini mungkin memang perlu menjadi perhatian akibat perang Rusia dan Ukraina yang dapat menyebabkan tersendatnya pasokan gandum yang menyebabkan harga komuditi ini melambung tinggi. Ini tentunya menjadi kurang baik terutamanya saat perekonomian kita belum terlalu baik akibat pandemi COVID-19," imbuh Agra Putra
Sementara itu, Bendahara Umum Aprindo Bali, Komang Tangkas PN menambahkan, kelangkaan gandum tersebut kemungkinan akan menyumbang dampak inflasi untuk segala jenis produk olahan gandum dan tidak hanya mie instant.
"Dan inflasi ini jelas akan berpengaruh bagi kelas masyarakat yang menggunakan produk tersebut. Jadi menurut kami, lifestyle akan terdampak dengan beralihnya ke produk substitusi sehingga usaha yang menggunakan produk olahan gandum juga akan merasakan dampaknya," tambah Komang Tangkas.
Untuk diketahui, perang Rusia-Ukraina telah menyebabkan krisis pangan yang dimana telah membuat produksi serta distribusi berbagai komoditas dari kedua negara menjadi terganggu.
Hal ini dirasakan oleh sejumlah negara mengingat kedua negara tersebut adalah salah satu negara penghasil gandum terbesar dunia.
(dpra/dpra)