Musim layang-layang membawa berkah bagi sejumlah anak di Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali. Selain membuat untuk dimainkan sendiri, anak-anak juga berbisnis layang-layang untuk tambahan uang jajan. Kreativitas anak-anak membuat layangan dan menangkap peluang bisnis sejak dini patut diapresiasi.
"Biasa setiap musim layang-layang buat sendiri," kata Rizki Ramadhan (11), Minggu (31/7/2022).
Rizki bersama enam orang teman sebayanya, mampu membuat layangan paling sedikit tiga buah dalam sehari. Layang-layang yang mereka buat adalah jenis layangan guangan dengan ukuran sedang, lebar 1 meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka berbisnis layangan tersebut tanpa modal. Bahan bambu yang digunakan mereka cari sendiri di pinggiran sungai. Mereka bersama-sama memotong bambu dengan peralatan yang ada. Sementara bahan lain yang digunakan yakni plastik bekas yang mereka cari dari rumah dan yang dibuang warga sekitar.
"Tidak ada biayanya," kata, Firman (14), saat ditanya biaya membuat layang-layang.
Menurutnya, setiap musim layang-layang memang sering membuat sendiri. Tidak hanya untuk dimainkan bersama teman-temanya tetapi juga dijual kepada teman sekitar. "Kalau ada yang beli, dijual juga," ungkapnya.
Satu buah layang-layang jenis guangan ukuran sedang, dijual dengan harga Rp 5 ribu. Dalam sehari para anak-anak bisa meraup cuan hingga Rp 15 ribu. Meski jumlahnya tidak besar, menurut mereka, lebih baik membuat dan menjual layangan daripada sibuk bermain handphone. Hasil penjualan layang-layang ini dibagi rata untuk tambahan bekal sekolah dan diberikan pada orang tua.
(nor/irb)