Cerita Kadek Marsona Kembangkan Agrowisata Apel India di Jembrana

Cerita Kadek Marsona Kembangkan Agrowisata Apel India di Jembrana

I Ketut Suardika - detikBali
Minggu, 29 Mei 2022 17:18 WIB
Agrowisata Apel India di Banjar Rening, Desa Baluk, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali, Minggu (29/5/2022)
Foto: Agrowisata Apel India di Banjar Rening, Desa Baluk, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali, Minggu (29/5/2022) (I Ketut Suardika/detikBali)
Jembrana - Dari sebuah hobi bertani, Kadek Marsona (43) mengubah lahan sawahnya seluas 27 are, untuk dijadikan tempat budidaya apel India, di Banjar Rening, Desa Baluk, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali.

Kadek mengaku nekat menanam apel India dan menyajikan kebunnya sebagai agrowisata sejak setahun terakhir, karena desa Baluk ditetapkan sebagai salah satu desa wisata di Jembrana. "Saya memulainya dari empat tahun yang lalu," kata Kadek Marsona, saat ditemui detikBali di kebun apel India miliknya, Minggu (29/5/2021).

Selain menawarkan potensi wisata pantai, menurut Marsona, dengan adanya agrowisata apel India ini bisa dijadikan alternatif wisata di Desa Baluk. Akhirnya sejak empat tahun lalu, lahannya dibersihkan untuk selanjutnya ditanami apel India. "Dulunya ini sawah, diganti dengan tanaman buah apel India," ujarnya.

Jenis apel yang satu ini masih terdengar sedikit asing dibandingkan dengan jenis apel lainnya. Bentuk buahnya seperti buah Bidara. Rasanya juga berbeda dengan jenis apel lainya, seperti apel Malang atau apel lain pada umumnya.

Apel India merupakan tanaman tropis yang tidak akan putus sepanjang tahun dan tidak kenal musim, baik musim panas dan kemarau tetap berbuah.

Awal mengganti sawah menjadi lahan budidaya apel India, mendapat penolakan dari keluarganya. Terutama ayahnya melarang sawahnya ditanami tanaman lain. Setelah Marsona meyakinkan ayahnya, akhirnya menyetujui.

Tahun pertama panen, apel India sebanyak 200 pohon yang ditanam masih belum banyak menghasilkan buah, namun tahun-tahun berikutnya buahnya mulai lebat.

Saat ini, setiap hari panen sekitar 10 kilogram buah apel. Marsona juga menjualnya lewat online, karena banyak dipesan oleh warga lokal Jembrana. "Seorang jual secara online seputaran Negara saja. Kalau ada yang beli langsung dipanen dari pohonnya," ungkapnya.

Karena semakin banyak yang tahu, akhirnya Kadek berinisiatif membuat agrowisata Apel India sejak setahun lalu. Pengunjung bisa datang dan memetik langsung buah apel India di pohonnya.

Setiap pengunjung dewasa cukup bayar Rp 20 ribu, bisa makan apel India sepuasnya. Sebagai pelengkap, pengunjung diberi sambal colek untuk dimakan dengan apel India. "Pengunjung boleh makan di tempat, tidak boleh dibawa pulang," jelasnya.

Sementara salah satu pengunjung Eka Mahardika, asal Desa Kaliakah Negara, mengaku datang bersama keluarga sengaja ingin tahu rasa dari buah apel India ini. "Karena dekat dari desa, tempatnya juga unik masih alami di tengah sawah. Cocok untuk liburan keluarga kumpul sambil ngerujak apel," ungkapnya.

Karena semakin banyak kunjungan ke tempat budidayanya, penjualan secara daring pada pelanggannya juga dibatasi. Ketika sudah banyak yang datang langsung, maka tidak memanen buahnya. "Kasian yang datang kalau dipanen, biar khusus yang datang saja dulu," terangnya.

Kadek mengakui, sebagai agrowisata masih dalam proses berbenah. Saat ini masih banyak kekurangan fasilitas pendukung, mulai parkir dan di dalam kebun budidaya India. "Sambil jalan saja, karena modal juga terbatas. Sekarang masih prioritas perawatan saja," tandasnya.


(kws/kws)

Hide Ads