Jika ingin tahu aktivitas warga di pedesaan yang sesungguhnya, tak ada salahnya untuk mencoba sensasi menginap di beberapa homestay di Desa Bakas.
Desa Bakas merupakan salah satu desa di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali.
Keunikan desa ini, selain keindahan alam dan budayanya, wisatawan juga bisa menikmati paket menginap di rumah warga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti apa rasanya? Tentu pengunjung akan tahu lebih jelas bagaimana keseharian warga desa setempat.
Mulai dari bangun pagi, beraktivitas, hingga rehat dari rutinitas di malam hari. Semua pengalaman itu bisa dinikmati secara langsung di depan mata.
Kebanyakan yang menginap di sana adalah turis asing. Pengalaman berbaur dan bercengkerama di rumah penduduk mungkin jadi pengalaman baru bagi wisatawan. Karena itu, sejumlah homestay di Bakas tak pernah sepi dari turis asing.
Sejak dikembangkan menjadi desa wisata pada 2017 lalu, Desa Bakas naik kelas.
Banyak perubahan yang sudah dilakukan pengelola berkolaborasi dengan pemerintah desa dan desa adat.
Dari sejumlah destinasi yang ditawarkan di desa ini, homestay menjadi salah satu yang diunggulkan Desa Bakas.
Keunikan lainnya, homestay yang ada di desa ini tidak seperti yang dijumpai seperti homestay pada umumnya.
Sangat sederhana. Terdiri dari kamar-kamar milik warga yang khusus diberikan kepada tamu yang ingin bermalam.
Inilah mengapa tamu bisa melihat aktivitas warga setempat, langsung. "Jadi tamu-tamu suka itu. Mereka justru ingin tahu bagaimana warga Desa Bakas sehari-hari. Apa yang dilakukan. Mereka bisa ngobrol dengan warga," kata Ketua Pengelola Desa Wisata Bakas, I Putu Mertha Astawa saat ditemui detikBali beberapa waktu lalu.
Tamu-tamu juga bisa mengenal budaya Bali, dari warga yang gelar kegiatan kesenian di banjar-banjar. Pengelola akan senang hati mengantar tamu ke destinasi yang ada. Menurut akademisi Politeknik Negeri Bali (PNB) ini, pola pengembangan wisata di Bakas fokus pada konsep agrowisata.
Sebab, Desa Bakas punya potensi sawah, sungai, dan peninggalan heritage yang cocok dikembangkan. Destinasi kuliner yang dibuka sejumlah warga juga wajib dicoba.
Pengunjung tak usah jauh mencari masakan khas Bali karena sudah tersedia di sejumlah resto kecil di sana.
Ada juga warung jajalan Bali "Laklak Pengangon" atau semacam serabi Bali. Jika ingin tahu rahasia bumbu dapur dari setiap masakan, pengelola juga membuka cooking class untuk wisatawan. Di sana, tamu bisa belajar memasak, didampingi koki berpengalaman.
Kata Mertha Astawa, Desa Wisata Bakas jadi satu dari 11 desa wisata yang diusulkan Forum Komunikasi Desa Wisata (Forkomdewi) Bali untuk bisa dikunjungi delegasi G20. "Kami merasa senang (diusulkan). Namun masih menunggu (kepastian)," ujarnya.
Pihaknya mengakui, ada beberapa spot yang belum tuntas pengembangannya. Seperti pembukaan jalan usaha tani untuk wahana treking di bagian barat desa. Sedangkan saat ini baru ada satu jalur treking di Subak Kresek. Lokasinya ada di sebelah timur desa.
Sambil jalan persiapan menyambut G20, pembenahan terus dilakukan pengelola. "Treking juga jadi favorit turis asing. Sama seperti di tempat lain, sawah-sawah di desa kami masih asri," pungkasnya. (*)
(dpra/dpra)