BPBD Sebut Drainase-Tata Ruang Jadi Biang Kerok Banjir Berulang di Bali

Dinda Anatasya - detikBali
Selasa, 16 Des 2025 17:35 WIB
Seorang warga menerobos genangan banjir di Perumahan Widuri Permai Jalan Gunung Athena, Denpasar, Bali, Minggu (14/12/2025). (Foto: Aryo Mahendro/detikBali)
Denpasar -

Pulau Dewata kembali menjadi sorotan setelah sejumlah titik kembali diterjang banjir dua hari terakhir. Selain curah hujan tinggi, banjir berulang di Bali juga dipicu oleh masalah drainase hingga tata ruang.

Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali, I Gede Agung Teja Bhusana Yadnya, menjelaskan, intensitas hujan yang meningkat akibat pengaruh tidak langsung Siklon 39S menunjukkan masih lemahnya sistem aliran air di sejumlah wilayah. Akibatnya, genangan air tak hanya terjadi di bantaran sungai, tetapi juga meluas ke kawasan permukiman.

"Penyebabnya rata-rata sama, (yakni) daya dukung lingkungan yang belum siap dan belum sesuai dengan kemampuan mengalirkan air dengan baik. Tata ruangnya, sistem drainasenya," kata Teja saat ditemui di Kantor BPBD Provinsi Bali, Selasa (16/12/2025).

Teja menuturkan karakter banjir kali ini berbeda dengan kejadian pada September lalu. Jika sebelumnya banjir banyak disebabkan luapan sungai akibat hujan di wilayah hulu, kini genangan justru terjadi di titik-titik permukiman padat penduduk.

Wilayah seperti Padangsambian, Sanur, Seminyak, dan Kuta disebut menjadi kawasan yang kerap mengalami genangan. Kondisi ini menunjukkan bahwa sistem drainase di wilayah tersebut belum mampu menampung debit air saat hujan lebat.

Teja menjelaskan sebagian wilayah rawan banjir sebenarnya telah masuk dalam peta kajian BPBD Bali. Namun, dia berujar, eskalasi ketinggian air terus meningkat. Jika sebelumnya banjir hanya setinggi di bawah lutut, genangan air di sejumlah titik bisa mencapai sepinggang bahkan lebih.

Meski demikian, ia menyebut banjir di Bali relatif cepat surut atau satu hari setelah hujan berhenti. Namun, kondisi tersebut tidak bisa dijadikan indikator bahwa persoalan telah selesai.

"Kalau hujannya berhenti, air bisa cepat surut. Tapi kalau curah hujannya seperti ini terus, ya akan berulang. Tahun depan musim hujan lagi, potensi ini tetap ada," imbuh Teja.

Teja menilai perlunya rekayasa tata ruang dan peningkatan sistem drainase sebagai solusi jangka panjang untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem dan perubahan iklim. Selain itu, pengelolaan infrastruktur dan kebersihan saluran air juga perlu diperhatikan agar fungsi drainase berfungsi optimal.

Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali, I Gede Agung Teja Bhusana Yadnya. (Foto: Dinda Anatasya/detikBali)



Simak Video "Video: Kemensos Beri Santunan Rp 15 Juta untuk Korban Meninggal Banjir Bali"


(iws/iws)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork