PLN UID Bali mencatat sistem kelistrikan Bali berada dalam kondisi aman dengan daya mampu sebesar 1.446 Megawatt (MW). Sementara proyeksi beban puncak tertinggi yakni 1.297 MW.
"Sehingga masih tersedia cadangan daya siaga sebesar 149 MW atau 11,4 persen. Kondisi ini memastikan pasokan listrik tetap andal selama perayaan Natal dan Tahun Baru," ujar GM PLN UID Bali Eric Rossi Priyo Nugroho melalui siaran pers, Selasa (16/12/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan untuk wilayah Nusa Penida, PLN menyiapkan daya mampu 19,56 MW dengan daya mampu pasok 16,17 MW. Pengamanan energi primer berupa batubara, gas, dan BBM juga telah dilakukan dengan status Hari Operasi Pembangkit (HOP) yang mencukupi.
"Dari sisi infrastruktur, sistem kelistrikan Bali disuplai melalui 19 gardu induk, 48 gardu hubung, 360 penyulang, dan 15.305 gardu distribusi yang berada dalam pengawasan intensif," kata dia.
Menurutnya, PLN juga melakukan pemeliharaan preventif dan asesmen teknis di seluruh titik prioritas. Selama masa siaga, sambung dia, turut disiagakan lebih dari 1.100 personel yang tersebar di 41 posko siaga di seluruh Bali.
Kemudian didukung peralatan cadangan seperti genset, UPS, dan kendaraan operasional. PLN juga menetapkan 77 lokasi prioritas. Meliputi gereja, bandara, pelabuhan, kantor pemerintahan, fasilitas TNI/Polri, kawasan wisata dan lokasi keramaian.
"PLN turut memastikan kesiapan infrastruktur kendaraan listrik dengan 227 SPKLU roda empat di 156 lokasi, 55 SPKLU roda dua, dan 8 SPBKLU yang seluruhnya didukung petugas siaga 24 jam," tuturnya.
Selain itu, dalam menghadapi potensi cuaca ekstrem pada akhir tahun, PLN juga telah melakukan pemetaan risiko bencana. Serta menyiapkan langkah mitigasi dan respons cepat guna meminimalkan gangguan kelistrikan.
Sementara itu, PLN menetapkan masa siaga kelistrikan mulai 15 Desember 2025 hingga 5 Januari 2026. Tujuannya untuk memastikan masyarakat dapat beribadah dan beraktivitas dengan aman dan nyaman.
Direktur Distribusi PT PLN (Persero) Arsyadany Ghana Akmalaputri menegaskan siaga akhir tahun harus dimaknai sebagai ujian kesiapsiagaan dan kepemimpinan operasional. Menurutnya, siaga Natal dan Tahun Baru tidak boleh dipandang sebagai rutinitas tahunan, melainkan sebagai ujian kesiapsiagaan dan kepemimpinan operasional seluruh insan PLN.
Arsyadany juga menekankan pentingnya pemahaman terhadap risiko utama selama periode Nataru. Termasuk mengenali aset distribusi yang kritikal serta penyulang yang berdampak besar bagi masyarakat.
"Dalam kondisi darurat, diperlukan satu komando yang jelas, komunikasi yang cepat dan akurat. Serta penentuan prioritas pemulihan agar dampak gangguan dapat diminimalkan dan kepercayaan publik tetap terjaga," sebut Arsyadany.
(nor/nor)










































