Usai Dicabut dari Daftar Teror, Presiden Suriah Akan Temui Trump

Usai Dicabut dari Daftar Teror, Presiden Suriah Akan Temui Trump

Haris Fadhil - detikBali
Minggu, 09 Nov 2025 21:09 WIB
Syrias President Ahmed al-Sharaa addresses the 80th United Nations General Assembly (UNGA) at the U.N. headquarters in New York, U.S., September 24, 2025. REUTERS/Shannon Stapleton Purchase Licensing Rights
Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa. (Foto: REUTERS/Shannon Stapleton Purchase Licensing Rights)
Denpasar -

Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa akan melakukan kunjungan bersejarah ke Gedung Putih untuk bertemu Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Kunjungan ini dilakukan sehari setelah Amerika Serikat menghapus nama Sharaa dari daftar hitam terorisme.

Melansir detikNews, Minggu (9/11/2025), Sharaa-yang pasukan pemberontaknya menggulingkan penguasa lama Bashar al-Assad pada akhir tahun lalu-dijadwalkan bertemu Trump di Gedung Putih pada Senin (10/11) waktu setempat.

Kunjungan ini menjadi yang pertama kali dilakukan presiden Suriah ke AS sejak negara itu merdeka pada 1946. Sebelumnya, Sharaa sempat bertemu Trump di Riyadh, Arab Saudi, pada Mei lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Utusan AS untuk Suriah, Tom Barrack, mengatakan Sharaa "diharapkan" menandatangani perjanjian untuk bergabung dengan aliansi internasional pimpinan AS melawan ISIS. AS juga berencana membangun pangkalan militer di dekat Damaskus "untuk mengoordinasikan bantuan kemanusiaan dan memantau perkembangan antara Suriah dan Israel."

ADVERTISEMENT

Keputusan Departemen Luar Negeri AS pada Jumat (7/11) untuk menghapus Sharaa dari daftar hitam sudah banyak diperkirakan. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tommy Pigott, menyebut pemerintahan Sharaa telah memenuhi tuntutan Washington, termasuk mencari warga AS yang hilang dan memusnahkan sisa senjata kimia.

"Tindakan ini diambil sebagai pengakuan atas kemajuan yang ditunjukkan oleh kepemimpinan Suriah setelah kepergian Bashar al-Assad dan lebih dari 50 tahun penindasan di bawah rezim Assad," kata Pigott.

Pigott menambahkan, penghapusan nama Sharaa dari daftar hitam diharapkan dapat mendorong "keamanan dan stabilitas regional serta proses politik yang inklusif, dipimpin dan dimiliki oleh Suriah."

Hubungan Suriah dan AS Mencair

Kunjungan Sharaa ke Washington dilakukan setelah lawatannya ke markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada September lalu. Itu merupakan kunjungan pertamanya ke wilayah AS, sekaligus menjadikannya presiden Suriah pertama dalam beberapa dekade yang berpidato di hadapan Majelis Umum PBB di New York.

Sebelumnya, pada Kamis (6/11), AS memimpin pemungutan suara Dewan Keamanan PBB untuk mencabut sanksi terhadap Suriah. Kelompok yang dipimpin Sharaa, Hayat Tahrir al-Sham (HTS)-yang dulunya berafiliasi dengan Al-Qaeda-juga telah dihapus dari daftar kelompok teroris oleh Washington pada Juli lalu.

Sejak berkuasa, para pemimpin baru Suriah berusaha melepaskan diri dari masa lalu yang penuh kekerasan dengan menampilkan citra moderat dan lebih terbuka terhadap rakyat serta kekuatan asing.

"Kunjungan ke Gedung Putih merupakan bukti lebih lanjut atas komitmen AS terhadap Suriah yang baru dan momen yang sangat simbolis bagi pemimpin baru negara tersebut, yang dengan demikian menandai langkah selanjutnya dalam transformasinya yang menakjubkan dari pemimpin militan menjadi negarawan global," ujar Direktur Program AS International Crisis Group, Michael Hanna.

Sharaa diperkirakan akan mencari dukungan dana untuk pembangunan ulang Suriah setelah 13 tahun perang saudara. Pada Oktober lalu, Bank Dunia memperkirakan biaya pembangunan kembali Suriah mencapai USD 216 miliar.




(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads